Para ilmuwan berhasil mengidentifikasi sekelompok eksoplanet dengan kondisi kimia mirip dengan situasi yang menyebabkan kehidupan di Bumi terbentuk.
Para peneliti, dari University of Cambridge and Medical Research Council Laboratory of Molecular Biology (MRC LMB), menemukan bahwa peluang kehidupan bisa berkembang di planet batuan seperti halnya di Bumi terkait dengan tipe dan kekuatan cahaya yang dipancarkan bintang induk.
Kehidupan di permukaan planet bisa terbentuk jika bintang memancarkan sinar ultraungu dalam jumlah tertentu sehingga reaksi kimia yang membentuk cikal bakal kehidupan bisa terbentuk. Bahkan dengan cara yang sama ketika kehidupan di Bumi dimulai dulu. Identifikasi pun dilakukan pada sejumlah planet, khususnya yang menerima cukup cahaya ultraungu untuk memulai reaksi kimia tersebut dan berada dalam rentang zona laik huni. Area hangat di sekitar bintang yang bisa mempertahankan air tetap berwujud cair di permukaan planet.
Berdasarkan penelitian kimia organik dan exoplanet yang dilakukan Laboratorium Cavendish dan MRC LMB, racun mematikan sianida justru diduga sebagai bahan utama dalam sup primordial yang jadi asal muasal kehidupan di Bumi. Asalnya, untuk karbon dalam meteorit yang menghantam Bumi ketika masih muda berinteraksi dengan nitrogen di atmosfer dan membentuk hidrogen sianida. Hidrogen sianida menghujani permukaan Bumi dan berinteraksi dengan unsur-unsur lain ditenagai oleh sinar ultraungu. Materi kimia yang terbentuk dari interaksi ini menghasilkan bahan pembentuk RNA, rantai nukleotida yang dimiliki makhluk hidup.
Serangkaian percobaan dilakukan untuk mengetahui seberapa cepat bahan pembentuk kehidupan terbentuk dari ion hidrogen sianida dan ion hidrogen sulfit di dalam air ketika terpapar sinar ultraungu. Eksperimen tanpa cahaya juga dilakukan. Hasilnya reaksi kimia dalam kegelapan terjadi lebih lambat dibanding saat terpapar cahaya. Selain itu percobaan dalam situasi gelap gagal menghasilkan senyawa pembentuk kehidupan yang diperlukan.
Ketika dibandingkan dengan sinar ultraungu yang dipancarkan sejumlah bintang pada temperatur yang sama dengan Matahari, bintang-bintang itu ternyata memancarkan sinar ultraungu yang bisa memicu terjadinya kehidupan di permukaan planet yang mengitarinya.
Di sisi lain, bintang dingin tidak mampu menghasilkan cahaya yang cukup untuk membentuk senyawa pembentuk kehidupan, kecuali jika terjadi suar bintang yang dasyat dan rutin. Planet yang menerima cahaya yang cukup untuk memicu reaksi kimia dan berada di area laik huni, berada pada zona yang disebut zona abiogenesis. Beberapa planet Kepler berada pada zona abiogenesis. Di antaranya Kepler 452b, planet sepupu Bumi.
Jika kehidupan ada di planet lain, kehidupan bisa berkembang dengan cara berbeda dari kehidupan di Bumi.
Sumber: Universitas Cambridge