Wahana Hayabusa2 milik JAXA (Japan Aerospace Exploration Agency) sedang dalam perjalanan untuk mengambil sampel dari asteroid 162173 Ryugu, sebuah asteroid dekat Bumi tipe-C.
Untuk itu, para ilmuwan maupun teknisi sedang mencari lokasi yang tepat untuk pendaratan. Batas aman harus ditentukan agar Wahana Antariksa tersebut bisa sukses menjalankan misinya sampai tahun 2020.
Wilayah berdiameter 100 meter dengan kemiringan rata-rata kurang dari 30º menjadi batas aman bagi pendaratan Hayabusa2. Tapi, wilayah tersebut harus bebas gundukan dan bebatuan. Kalaupun ada, tingginya harus kurang dari 50 cm, dengan suhu < 370 Kelvin (97º C). Wilayah yang cocok untuk pendaratan diprediksi berada pada kisaran ±30º dari khatulistiwa.
Batasan sudah ditentukan. Sekarang giliran tim peneliti yang mencari wilayah tersebut. Mereka harus bisa menemukan wilayah yang sesuai dengan batas aman, tapi juga ada regolith yang bisa dibawa pulang ke Bumi. Masalahnya, regolith dengan batuan yang tingginya kurang dari 50 cm sulit ditemukan. Tidak adanya bubuk dan butiran halus di permukaan Ryugu untuk dijadikan contoh yang dibawa pulang oleh Hayabusa jadi tantangan tersendiri.
Ryugu memang berbeda dari asteroid lainnya yang sudah pernah dikunjungi. Bubuk maupun butiran halus materi tidak ditemukan di permukaan, Pencarian lokasi pendaratan ini sudah dimulai sejak bulan Juni 2018 saat Hayabusa2 mendekati Ryugu. Untuk itu dilakukan pemetaan permukaan Ryugu dan dibuat juga mosaik maupun model topografi asteorid tersebut agar Hayabusa2 bisa menghindari batuan besar yang ada di permukaan.
Tujuannya, tentu saja untuk menemukan lokasi pendaratan yang sesuai dengan misi ilmiah Hayabusa2 sekaligus memenuhi batas aman untuk Wahana ANtariksa tersebut.
Sumber: Planetary Science Institute