Galaksi Cerutu atau M82, terkenal karena kecepatannya memroduksi bintang baru. Laju pembentukkan bintang di galaksi ini 10 kali lebih cepat dari Bima Sakti.
Dalam penelitian SOFIA (Stratospheric Observatory for Infrared Astronomy), terungkap bagaimana materi yang mempengaruhi evolusi galaksi bisa masuk ke ruang antargalaksi. Para peneliti menemukan bahwa angin galaktik yang mengalir dari pusat galaksi Cerutu searah dengan medan magnetik sehingga terjadi perpindahan gas dan debu yang setara dengan 5 – 60 juta massa Matahari.
Ruang antar galaksi bukan ruang kosong karena diisi oleh gas dan debu yang merupakan benih materi pembentukkan bintang dan galaksi.
Galaksi Cerutu merupakan salah satu contoh klasik galaksi starburst atau galaksi yang membentuk bintang dengan laju yang besar. Galaksi seperti ini bisa membentuk bintang dalam jumlah yang jauh lebih banyak dari galaksi normal. M82 juga memiliki angin kencang yang meniup gas dan debu ke ruang antargalaksi. Berbagai teori dibangun untuk memahami proses ini. Salah satunya, angin pada galaksi cerutu menyebabkan medan magnetik memiliki arah yang sama dengan arah angin. Tapi, belum pernah ada bukti dari pengamatan.
Penelitian dengan Observatorium SOFIA mengonfirmasi ide tersebut. Dan tak hanya itu. Ditemukan juga bahwa angin tersebut meniup gas dan debu dalam jumlah yang sangat besar ke ruang antargalaksi. Selain itu, ditemukan pula kalau angin tersebut menyebabkan medan magnetik tegak lurus terhadap piringan galaksi. Bahkan angin tersebut menyeret medan magnetik sejauh lebih dari 2000 tahun cahaya, mendekati angin.
Hasil observasi memperlihatkan bahwa angin yang sangat kencang akibat fenomena starburst merupakan mekanisme penting dalam menyediakan benih materi bintang dan menginjeksi medan magnetik ke medium antargalaksi. Jika proses serupa juga terjadi saat alam semesta masih muda, maka tent akan memengaruhi evolusi dasar galaksi pertama.
Pemahaman tentang medan magnetik antargalaksi dan evolusinya merupakan kunci penting untuk memahami evolusi galaksi dan sejarah alam semesta.
Sumber: NASA