Dengan menggunakan teleskop di seluruh dunia, para astronom berhasil mengonfirmasi eksoplanet yang mengorbit bintang dekat lewat pelensaan-mikro gravitasi.
Eksoplanet yang ditemukan memiliki massa mirip Neptunus, tapi planet ini mengorbit bintang yang lebih kecil dari Matahari pada jarak yang hampir sama dengan Bumi. Untuk bintang-bintang dingin, jarak orbit si eksoplanet ini merupakan area dimana planet gas raksasa terbentuk. Dari hasil pengamatan, diduga kalau planet seukuran Neptunus tampaknya umum terbentuk pada area (jarak) ini.
Pada tanggal 1 November 2017, astronom amatir Tadashi Kojima dari Gunma, Jepang, melaporkan kemunculan objek baru di rasi Taurus. Setelah menerima laporan ini, para astronom di seluruh dunia kemudian melakukan pengamatan lanjutan untuk mengonfirmasi objek tersebut. Ternyata, objek yang dilihat adalah peristiwa langka yang dikenal sebagai pelensaan-mikro gravitasi.
Menurut teori relativitas umum gravitasi bisa melengkungkan ruang waktu. Jika ada objek di latar depan yang gravitasinya besar melintas di depan objek lain, maka gravitasinya yang besar bisa melengkungkan ruang waktu. Objek yang melintas ini berfungsi sebagai lenda yang memfokuskan cahaya yang datang dari objek di belakangnya dan membuat cahaya itu jadi lebih terang sesaat.
Untuk objek yang diamati Kojima, sebuah bintang yang jaraknya 1600 tahun cahaya melintas di depan bintang yang jaraknya 2600 tahun cahaya. Dari hasil pengamatan perubahan cahaya yang terjadi, para astronom berkesimpulan kalau bintang di latar depan atau yang jaraknya 1600 tahun cahaya memiliki sebuah planet.
Penemuan eksoplanet dengan teknik pelensaan-mikro gravitasi seperti yang dilihat Kojima, bukan baru pertama kali. Meskipun demikian, pelensaan-mikro gravitasi merupakan peristiwa langka yang tidak selalu terjadi. Selain itu peristiwa ini pun terjadi hanya dalam rentang waktu singkat. Selama ini pelensaan-mikro gravitasi yang ditemukan, terjadi pada arah pusat galaksi yang berlimpah dengan bintang. Ternyata, sistem eksoplanet yang baru saja ditemukan ini justru teramati pada arah sebaliknya, jika dilihat dari Bumi.
Pengamatan lanjutan yang membawa para astronom menemukan eksoplanet ini dipimpin oleh Akihiko Fukui di Universitas Tokyo dengan 13 teleskop yang berada di seluruh dunia. Di antaranya adalah teleskop 188 cm dan teleskop 91 cm milik NAOJ di Observatorium Okayama. Pengamatan dilakukan selama 76 hari, dan tim yang dipimpin Akihiko Fukui berhasil menentukan karakteristik planet.
Massa bintang induknya hanya setengah massa Matahari, dan eksoplanet yang mengorbitnya memiliki ukuran dan orbit yang mirip Bumi. Massa eksoplanet ini 20% lebih berat dari Neptunus. Yang menarik, radius orbit eksoplanet ini berada di wilayah air berkondensasi menjadi es selama fase pembentukann planet. Di wilayah inilah planet-planet gas raksasa terbentuk. Penemuan planet serupa Neptunus ini memberi indikasi bahwa planet-planet mirip Neptunus bukanlah planet langka. Sepertinya planet tipe ini cukup umum di bintang lain.
Sumber: NAOJ