Para astronom menemukan bukti vulkanisme di permukaan Venus dalam data wahana Magellan lewat teknik analisis data terbaru.
Masih belum jelas apakah aktivitas tersebut masih terjadi sekarang atau terjadi dalam waktu puluhan juta tahun. Meskipun demikian, secara geologis, peristiwa ini baru terjadi. Jadinya, para astronom memiliki makin banyak bukti bahwa gunung berapi di Venus tidak punah sejak dahulu seperti dugaan yang ada.
Dalam 31 tahun sejak wantariksa Magellan memasuki orbit Venus, para ilmuwan telah menggunakan citra radar, topografi, dan pemetaan gravitasi Venus untuk memahami sejarah permukaan dunia penuh awan ini.
Hasil awal memperlihatkan tidak banyak kawah hasil tabrakan di permukaan Venus dibanding mars dan Merkurius. Selain itu, kawah di Venus juga tersebar acak.
Kawah terbentuk dari waktu ke waktu, dan sedikitnya kawah di Venus menjadi bukti kalau permukaan planet ini pernah tersapu bersih sekitar 300 juta sampai 1 miliar tahun lalu. Masih belum diketahui apakah peristiwa katastrofe inilah yang melapisi ulang permukaan Venus. Atau justru ada peristiwa berkelanjutan yang secara acak tersebar dan meapisi permukaan Venus dari waktu ke waktu. Bisa juga kombinasi kedua peristiwa tersebut.
Untuk memahami apa yang terjadi, perlu dipahami kapan gunung berapi di Venus ini aktif.
Pertanyaan apakah Venus ini aktif secara geologi atau ada kegiatan vulkanik yang sedang berlangsung masih jadi teka teki abadi buat Magellan. Tapi bukti yang muncul akhir-akhir ini justru memperlihatkan kalau Venus merupakan planet yang aktif.
Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi juga makin maju. Dengan komputer masa kini, data Magellan bisa dianalisis dengan lebih baik. Kali ini, para astronom menggunakan data topografi resolusi tinggi untuk melihat gunung api di tepi Korona Aramaiti Corona yang berukuran 350 km.
Korona fitur yang hampir melingkar dan dikelilingi cincin retakan seperti mahkota dan diperkirakan merupakan patahan besar. Pada beberapa korona seperti Aramaiti, gunung berapi maupun aliran lava diamati berada dekat rekahan ini.
Yang dipelajari dalam penelitian ini adalah bagaimana gunung berapi mendeformasi area permukaan di sekitarnya. Area permukaan di sekitar gunung berapi melengkung akibat beban berat dari gunung. Deformasi serupa bisa dilihat di sekitar dasar laut kepulauan Hawai’i. Dari deformasi inilah para astronom bisa mengetahui bagaimana aliran panas lokal ke gunung berapi.
Untuk mengetahui permukaan yang masih muda atau yang tua, perlu pemodelan komputasi yang kompleks untuk bisa menghasilkan simulasi deformasi permukaan Venus.
Seiring waktu, struktur permukaan akan berevolusi dan tingkat deformasi area yang diamati bisa menunjukkan seberapa tua atau muda suatu fitur serta seberapa banyak panas yang mungkin mengalir di bawah permukaan.
Hasil pemodelan menunjukkan kalau bentuk dan topografi korona mengindikasikan kondi geologi yang masih muda dan sepertinya ada aktivitas vulkanik yang terkait.
Sumber: PSI