Komet Tsuchinshan–ATLAS, Tamu Sekali Seumur Hidup

Bumi sedang menerima kunjungan tamu jauh yang bisa diamati dengan mata telanjang. Tamu itu adalah komet C/2023 A3 (Tsuchinshan–ATLAS)

Komet Tsuchinshan–ATLAS. Kredit: Wikimedia
Komet Tsuchinshan–ATLAS. Kredit: Wikimedia

Komet C/2023 A3, yang dikenal juga sebagai Tsuchinshan–ATLAS, ditemukan pada awal tahun 2023 oleh dua tim astronom secara terpisah. Pertama, oleh Purple Mountain Observatory di Tiongkok pada tanggal 9 Januari, dan kemudian secara independen oleh ATLAS (Asteroid Terrestrial-impact Last Alert System) di Afrika Selatan pada 22 Februari. Penemuan ini menandai komet ini sebagai salah satu objek langit yang menarik perhatian dunia astronomi karena perjalanannya yang akan mendekati Bumi.

Komet ini berasal dari Awan Oort, sebuah kumpulan es, batu, dan debu yang menyelimuti tata surya kita, jauh di luar orbit Pluto. Komet Tsuchinshan–ATLAS memiliki orbit yang sangat elips, yang membawanya melintasi tata surya dalam dengan periode yang diperkirakan mencapai puluhan ribu tahun. Perihelion atau titik terdekatnya dengan Matahari akan dicapai pada 27 September 2024, pada jarak sekitar 0.39 AU (sekitar 58 juta kilometer), yang mendekati orbit Merkurius.

Komet Tsuchinshan–ATLAS dikenal karena ekornya yang berdebu dan potensial untuk menjadi sangat terang. Spektrumnya menunjukkan emisi sianida yang kuat, tetapi komet ini relatif miskin karbon. Saat mendekati Matahari, komet ini memanas, menyebabkan es di permukaannya menguap, menciptakan koma (atmosfer sementara) dan ekor yang bisa sangat panjang dan spektakuler, terutama karena efek forward scattering yang bisa meningkatkan kecerahannya.

Pengamatan dari Indonesia

Untuk pengamat di Indonesia, Komet Tsuchinshan–ATLAS menawarkan kesempatan langka untuk menyaksikan fenomena langit yang menakjubkan. Komet ini akan terlihat sebelum Matahari terbit, mulai dari akhir September hingga awal Oktober 2024. Pengamatan terbaik dapat dilakukan pada tanggal 27 September hingga 4 Oktober, di mana komet akan terlihat beberapa derajat di atas cakrawala timur-tenggara sekitar 30 menit sebelum fajar. Mulai tanggal 12 Oktober, komet ini justru bisa diamati setelah Matahari terbenam di cakrawala barat.

Pada puncak kecerahannya, yang diperkirakan terjadi sekitar tanggal 9 Oktober, komet ini bisa mencapai magnitudo yang membuatnya terlihat dengan mata telanjang, dengan catatan langit harus cerah dan bebas dari polusi cahaya.

Komet C/2023 A3 (Tsuchinshan–ATLAS) bukan hanya sebuah fenomena astronomi yang menarik untuk diamati, tetapi juga merupakan pengingat akan keindahan dan misteri alam semesta. Bagi masyarakat Indonesia, ini adalah kesempatan untuk menyaksikan langsung bagian dari luar tata surya kita, yang mungkin tidak akan kembali dalam waktu hidup kita. Jadi, siapkan teleskop atau binokuler Anda, dan jangan lewatkan momen bersejarah ini di langit fajar.

Tinggalkan Balasan