Rahasia Warna Merah Mars: Jejak Air di Masa Lalu

Mars dikenal dengan warna merahnya yang khas, tetapi bagaimana sebenarnya planet ini bisa berwarna merah?

Penelitian terbaru memberikan bukti tambahan bahwa Mars di masa lalu mungkin memiliki iklim yang lebih basah dan berpotensi mendukung kehidupan.

Saat ini, atmosfer Mars terlalu tipis dan dingin untuk mendukung keberadaan air dalam bentuk cair di permukaannya dalam jangka waktu lama. Namun, berbagai misi NASA dan internasional telah menemukan bukti bahwa miliaran tahun lalu, air pernah berlimpah di permukaan Mars. Bukti ini mencakup fitur yang menyerupai sungai dan danau kering serta mineral yang hanya terbentuk di lingkungan dengan air cair.

Peran Ferihidrat dalam Warna Merah Mars

Penelitian terbaru memperlihatkan kalau mineral kaya air yang mengandung zat besi, yaitu ferihidrat, kemungkinan menjadi penyebab utama debu merah di Mars. Debu Mars diketahui merupakan campuran berbagai mineral, termasuk oksida besi. Hal ini mengindikasikan bahwa salah satu oksida besi utama, ferihidrat, bertanggung jawab atas warna merah planet tersebut.

Temuan ini menarik karena ferihidrat terbentuk di lingkungan yang mengandung air dingin pada suhu yang lebih rendah, dibandingkan mineral lain yang sebelumnya dianggap sebagai penyebab warna merah Mars, seperti hematit. Hal ini menunjukkan bahwa Mars mungkin memiliki lingkungan yang mampu mempertahankan air dalam bentuk cair sebelum akhirnya berubah menjadi planet yang kering miliaran tahun lalu.

Pertanyaan fundamental tentang mengapa Mars berwarna merah telah dipertimbangkan selama ratusan, bahkan ribuan tahun. Hasil analisis terbaru ini membantu kita memahami penyebabnya. Menurut para peneliti, ferihidrat ada di mana-mana dalam debu Mars dan kemungkinan juga di batuannya. Sebelumnya, ferihidrat juga jadi tersangka warna merah Mars, tetapi baru sekarang pengujian bisa dilakukan dengan lebih baik menggunakan data observasi dan metode laboratorium inovatif untuk menciptakan debu Mars di laboratorium.

Bukti dari Pengamatan Orbital dan Rover

Peneliti menganalisis data dari berbagai misi Mars, menggabungkan observasi dari instrumen wahana pengorbit seperti Mars Reconnaissance Orbiter milik NASA, Mars Express, dan Trace Gas Orbiter milik ESA, dengan pengukuran langsung dari rover NASA seperti Curiosity, Sojourner, dan Opportunity. Data spektral dari permukaan Mars kemudian dibandingkan dengan eksperimen laboratorium di Bumi, di mana tim menguji bagaimana cahaya berinteraksi dengan partikel ferihidrat dan mineral lain dalam kondisi yang disimulasikan seperti di Mars.

Dari penelitian ini, para astronom berharap untuk memahami iklim kuno Mars, proses kimia yang terjadi baik di masa lalu maupun sekarang. Selain itu, ada pertanyaan tentang kemungkinan kehidupan: Apakah Mars pernah mendukung kehidupan? Untuk menjawabnya, terlebih dahulu perlu memahami kondisi yang ada saat mineral ini terbentuk. Dari penelitian ini, diketahui bahwa ferihidrat terbentuk di lingkungan yang memiliki oksigen dan air, sangat berbeda dari lingkungan kering dan dingin Mars saat ini. Ketika angin Mars menyebarkan debu ini ke seluruh planet, warna merah khas Mars pun terbentuk.

Keakuratan model pembentukan ini dapat dikonfirmasi setelah sampel dari Mars dikirim kembali ke Bumi untuk dianalisis. Saat ini, rover Perseverance sedang mengumpulkan sampel yang nantinya akan dibawa ke Bumi melalui misi pengembalian sampel Mars.

Penemuan ini semakin menegaskan bahwa Mars di masa lalu mungkin jauh lebih ramah bagi kehidupan dibandingkan dengan yang kita lihat saat ini. Dengan eksplorasi lebih lanjut dan kolaborasi internasional, kita bisa semakin memahami sejarah planet merah dan kemungkinan kehidupan di luar Bumi.

Tinggalkan Balasan