Para astronom menemukan kalau pengaruh energi gelap bisa melemah seiring waktu dari data pengamatan 15 juta galaksi dan kuasar.

Memahami Nasib Alam Semesta
Sejak lama, para astronom memprediksi bahwa ekspansi alam semesta dipengaruhi oleh keseimbangan antara materi dan energi gelap. Energi gelap diyakini sebagai faktor utama yang menyebabkan alam semesta mengembang dengan semakin cepat. Namun, penelitian terbaru DESI (Dark Energy Spectroscopic Instrument) menunjukkan kemungkinan pengaruh energi gelap terhadap ekspansi alam semesta bisa melemah seiring waktu.
DESI adalah instrumen spektroskopi tercanggih yang mampu menangkap cahaya dari 5.000 galaksi sekaligus. Proyek ini dikelola oleh Lawrence Berkeley National Laboratory (LBNL) di Amerika Serikat dengan lebih dari 900 ilmuwan dari 70 institusi di seluruh dunia.
Bukti Baru dari Data Kosmik
Data pengamatan DESI kemudian dibandingkan dengan berbagai pengamatan kosmik lainnya, seperti radiasi latar belakang (CMB) yang merupakan cahaya sisa dari awal alam semesta, supernova yang digunakan sebagai tolok ukur jarak kosmik, serta lensa gravitasi lemah yang menunjukkan bagaimana cahaya dari galaksi jauh dibelokkan oleh gravitasi materi gelap. Ketika data DESI dianalisis sendiri, hasilnya masih konsisten dengan model kosmologi standar Lambda-CDM (ΛCDM), di mana energi gelap dianggap sebagai konstanta kosmologis yang tetap. Namun, ketika data ini dikombinasikan dengan CMB, supernova, dan lensa gravitasi, muncul indikasi bahwa pengaruh energi gelap bisa melemah seiring waktu meskipun belum mencapai nilai ambang.
Teknologi Mutakhir untuk Menyingkap Rahasia Alam Semesta
DESI menggunakan teknik analisis baru untuk menghindari bias ilmuwan terhadap data. Dengan mengamati pola distribusi materi di alam semesta, tim DESI dapat mengukur seberapa kuat energi gelap sepanjang sejarah kosmik. Mereka menggunakan teknik Baryon Acoustic Oscillations (BAO), yang berfungsi seperti “penggaris standar” untuk melacak ekspansi alam semesta dengan presisi tertinggi di dunia.
Eksperimen DESI masih akan terus berjalan hingga tahun kelima, dengan target memetakan 50 juta galaksi dan kuasar serta lebih dari 10 juta bintang.
Data Kosmik untuk Semua
Selain mengungkap hasil riset terbaru, DESI juga mengumumkan bahwa Data Release 1 (DR1) kini tersedia bagi publik dan komunitas ilmiah. DR1 mencakup informasi dari 18,7 juta objek langit, termasuk 4 juta bintang, 13,1 juta galaksi, dan 1,6 juta kuasar. Data ini bisa diakses melalui platform Astro Data Lab dan SPARCL, memungkinkan siapa saja untuk mengeksplorasi alam semesta secara interaktif.
Michael Levi, Direktur DESI, menjelaskan bahwa hasil ini membuka peluang bagi para ilmuwan untuk mengembangkan model teori baru yang lebih sesuai dengan bukti yang ada. Ia menegaskan bahwa energi gelap memiliki peran besar dalam menentukan masa depan alam semesta, sehingga penelitian mengenai sifatnya menjadi sangat penting.
Chris Davis, Direktur Program NSF NOIRLab, menyatakan bahwa proyek ini menunjukkan manfaat besar dari kolaborasi antara lembaga federal dalam mengembangkan ilmu fundamental yang dapat memperdalam pemahaman manusia tentang alam semesta.
Dengan semakin banyaknya data yang tersedia dan teknologi yang terus berkembang, para ilmuwan berharap dapat mengungkap lebih banyak tentang sifat energi gelap. Jika benar bahwa energi gelap berubah seiring waktu, maka pemahaman kita tentang kosmologi bisa mengalami revolusi besar.
Dari pengamatan teleskop hingga analisis data canggih, manusia terus melangkah lebih jauh dalam mengungkap rahasia alam semesta. Penelitian DESI adalah satu langkah maju dalam pencarian jawaban atas misteri terbesar di kosmos: Apa sebenarnya energi gelap itu?