Kala Uranus Menutupi Bintang

Pada 7 April 2025, langit di atas Amerika Utara bagian barat menyuguhkan tontonan langka: planet Uranus melintas tepat di depan sebuah bintang terang.

Ilustrasi okultasi bintang oleh Uranus. Kredit: NASA/Advanced Concepts Laboratory

Dalam peristiwa ini, bintang yang dilintasi memiliki jarak sekitar 400 tahun cahaya dari Bumi. Peristiwa ini bukan hanya momen langka bagi para pengamat langit, tetapi juga peluang emas bagi NASA untuk mengintip atmosfer Uranus secara mendalam.

Fenomena ini disebut sebagai okultasi bintang saat sebuah planet melintas di antara Bumi dan bintang yang jauh. Ketika Uranus mulai menutupi bintang tersebut, atmosfernya membiaskan cahaya bintang, menciptakan kurva cahaya yang bisa dianalisis untuk mengungkap struktur atmosfer planet.

Tim ilmuwan NASA memanfaatkan momen ini untuk mempelajari suhu, tekanan, dan kerapatan lapisan stratosfer Uranus. Ini adalah data berharga yang belum pernah diperoleh sejak terakhir kali okultasi terang serupa terjadi pada 1996.

Mengintip Atmosfer yang Tak Pernah Diam

Dalam momen yang hanya berlangsung sekitar satu jam ini, lebih dari 30 astronom profesional dari seluruh dunia bergabung di bawah koordinasi tim NASA Langley Research Center. Mereka menggunakan 18 teleskop profesional untuk memantau kurva cahaya dari berbagai lokasi, termasuk dari puncak Mauna Kea di Hawaii melalui Teleskop Inframerah NASA.

Data yang dikumpulkan memungkinkan ilmuwan memahami bagaimana energi bergerak di atmosfer Uranus dan menjelaskan mengapa lapisan atas atmosfernya bisa sangat panas—fenomena yang hingga kini belum sepenuhnya dimengerti.

Kolaborasi Global dalam Aksi

Emma Dahl, seorang peneliti pascadoktoral di Caltech, turut mengamati melalui teleskop IRTF dan menegaskan pentingnya kolaborasi dalam riset ini. Menurutnya, atmosfer planet raksasa seperti Uranus adalah laboratorium alam yang sempurna karena tak memiliki permukaan padat yang bisa mengacaukan data simulasi.

Sementara itu, William Saunders dari NASA Langley yang memimpin proyek okultasi ini menilai bahwa skala kolaborasi internasional kali ini merupakan yang terbesar untuk peristiwa sejenis. Ia juga menekankan pentingnya momen ini dalam memetakan ulang posisi Uranus dengan ketepatan yang lebih tinggi, penting untuk misi eksplorasi masa depan.

Sebagai persiapan untuk okultasi besar April, tim NASA dan mitra internasional menggelar latihan pada November 2024. Kala itu, Uranus melintas di depan bintang yang lebih redup dan hanya bisa diamati dari Asia. Observatorium di Jepang, Thailand, dan India ikut berpartisipasi dan hasilnya sangat krusial. Mereka mampu meningkatkan akurasi prediksi waktu okultasi hingga ke tingkat detik dan memperbaiki estimasi posisi Uranus hingga 125 mil.

Uranus: Es, Gas, dan Cincin yang Misterius

Berada hampir 3 miliar kilometer dari Bumi, Uranus bukanlah planet biasa. Ia tergolong raksasa es karena komposisi internalnya yang kaya akan air, amonia, dan metana cair. Atmosfernya didominasi oleh hidrogen dan helium, serta tidak memiliki permukaan padat, melainkan lapisan ‘lembut’ dari cairan dingin.

Uranus juga memiliki sistem cincin vertikal yang unik—berjumlah 13—terdiri dari es dan debu. Meskipun tidak sepopuler cincin Saturnus, struktur cincin Uranus memiliki daya tarik tersendiri, dan data dari okultasi ini membantu mengungkap rincian bentuk dan ketebalannya.

Peristiwa pada April 2025 ini hanyalah awal. Dalam enam tahun ke depan, Uranus akan kembali menutupi beberapa bintang redup, dan NASA menargetkan untuk melakukan pengamatan berbasis udara dan bahkan antariksa saat okultasi terang berikutnya terjadi pada 2031. Bintang target kali itu akan lebih terang, menjanjikan hasil pengamatan yang lebih detail dan membuka lebih banyak rahasia sang planet biru pucat.

Tinggalkan Balasan