Misteri Jupiter dan Io: dari Angin Kutub hingga Lava Membara

Tim ilmuwan Juno mengungkap keberadaan model baru aliran jet di kutub utara Jupiter, dan aktivitas vulkanik di bawah permukaan Io.

Jupiter dalam pandangan Juno. Kredit: NASA/JPL-Caltech/SwRI/MSSS Image processing: Jackie Branc (CC BY)
Jupiter dalam pandangan Juno. Kredit: NASA/JPL-Caltech/SwRI/MSSS Image processing: Jackie Branc (CC BY)

Energi Besar di Dunia Raksasa

Jupiter selalu menjadi planet ekstrem. Dengan badai siklon kutub sebesar benua Australia, sabuk jet cepat, aurora terkuat, dan medan radiasi paling ganas, gas raksasa ini adalah dunia dengan energi masif.

Orbit Juno yang berubah-ubah memberi pandangan baru ke wilayah-wilayah yang belum dijelajahi, dan mengungkap kekuatan besar yang tersembunyi di dalamnya. Salah satu misi penting yang dilakukan adalah pengamatan terhadap kutub utara Jupiter yang dihiasi oleh delapan siklon mengelilingi satu badai besar di tengah, membentuk pola geometris yang menakjubkan. Data dari instrumen JIRAM menunjukkan bahwa badai-badai ini adalah fitur jangka panjang yang terus bertahan, menunjukkan stabilitas luar biasa di tengah gejolak atmosfer Jupiter.

Lava dan Kehangatan di Io

Tak hanya Jupiter, bulan vulkaniknya, Io, juga menjadi fokus perhatian. Dengan menggunakan instrumen radiometer gelombang mikro (MWR) dan JIRAM, ilmuwan NASA menyatukan data dari panjang gelombang berbeda untuk menelusuri panas di bawah permukaan Io. Hasilnya mencengangkan: di setiap garis lintang dan bujur, ditemukan aliran lava yang masih mendingin—tanda magma yang belum sepenuhnya membeku.

Diperkirakan sekitar 10% permukaan Io masih menyimpan jejak panas ini. Penemuan ini membantu menjelaskan seberapa cepat permukaan Io diperbarui dan bagaimana panas mengalir dari interior dalamnya ke permukaan. Layaknya radiator mobil, sistem vulkanik Io tampaknya secara efisien memindahkan panas ke luar angkasa melalui aliran lava dan letusan.

Lebih dari itu, letusan terbesar dalam sejarah pengamatan Io, yang pertama kali terdeteksi pada Desember 2024, ternyata masih aktif hingga Maret 2025. Tim ilmuwan yakin aktivitas vulkanik tersebut masih berlanjut hingga sekarang dan menantikan pengamatan terbaru dari Juno pada 6 Mei, saat pesawat antariksa bertenaga surya itu akan melintas sejauh 89.000 km dari permukaan Io.

Kutub Dingin yang Mengejutkan

Selain panas ekstrem, Juno juga berhasil mendeteksi sisi lain Jupiter: dinginnya kutub utara. Melalui eksperimen radio occultation, ilmuwan mengirim sinyal radio dari Bumi yang menembus atmosfer Jupiter menuju Juno dan kembali lagi. Dengan menganalisis pembelokan sinyal oleh lapisan atmosfer, mereka bisa menghitung suhu dan kepadatan dengan presisi tinggi.

Dari 26 pengukuran radio occultation yang telah dilakukan sejak Februari 2023, ditemukan bahwa stratosfer di kutub utara Jupiter memiliki suhu sekitar 11°C lebih dingin dari wilayah sekitarnya. Daerah ini dikelilingi angin kencang dengan kecepatan lebih dari 160 km/jam, membentuk sabuk jet ekstrem yang membantu mengatur pola cuaca planet raksasa ini.

Temuan terbaru dari Juno membuka jendela baru dalam memahami dinamika internal dan atmosferik dari dua dunia paling aktif di Tata Surya: Jupiter dan Io. Dengan setiap orbit dan setiap instrumen yang bekerja, Juno tidak hanya mengungkap fenomena baru, tapi juga mengajak kita merenungkan seberapa luas dan dinamisnya sistem planet yang mengelilingi kita. Dan ini baru permulaan.

Tinggalkan Balasan