Menyibak Rahasia Asteroid Dekat Bumi: Cepat, Meski Tak Detail

Ribuan asteroid mengelilingi Bumi setiap saat. Tapi satu hal penting masih menjadi teka-teki: apa saja komposisinya?

Ilustrasi Bumi dan Asteroid. Kredit: Adobe Image /NAU

Dalam jagat raya yang penuh kejutan, ada sekitar satu juta objek dekat Bumi (NEO: Near-Earth Objects) yang terus melintasi orbit Bumi. Para astronom sudah mampu melacak kecepatan, ukuran, dan arah objek-objek ini. Tapi ada satu aspek penting yang masih belum diketahui secara cepat dan efisien: apa komposisi benda-benda ini?

Inilah yang sedang coba dipecahkan oleh duo peneliti dari Northern Arizona University (NAU), David Trilling dan mahasiswi doktoralnya, Remington Cantelas. Dengan dukungan dana dari NASA, mereka tengah menjalankan proyek ambisius: menganalisis komposisi 1.000 NEO dalam waktu tiga tahun, menggunakan teknologi kamera teleskop canggih di observatorium Hawaii dan Australia.

Jadi, ketika sebuah asteroid mengarah ke Bumi, mengetahui letak dan lintasannya saja belum cukup. Yang tak kalah penting adalah mengetahui apakah asteroid tersebut berupa bongkahan batu padat, tumpukan kerikil longgar, atau bahkan besi solid. Informasi ini akan menentukan langkah yang harus diambil: apakah cukup dibelokkan, atau justru akan hancur sendiri saat masuk atmosfer?

Selama ini, cara tradisional untuk mengetahui komposisi asteroid adalah melalui pengamatan spektroskopi—metode yang sangat rinci namun memakan waktu. Dalam satu tahun, pendekatan ini hanya bisa digunakan untuk mempelajari puluhan asteroid. Maka, Cantelas mengadopsi pendekatan baru: menggunakan kamera MuSCAT (Multicolor Simultaneous Camera for studying Atmospheres of Transiting exoplanets) yang lebih cepat, meskipun dengan detail yang lebih minim.

Dalam penelitian ini, alih-alih membagi cahaya menjadi ratusan panjang gelombang, Trilling dan hanya membaginya ke empat. Meskipun bisa 100 kali lebih cepat, tapi informasinya juga 100 kali lebih sedikit.

Hasilnya, tim hanya bisa mengidentifikasi komposisi dasar seperti batuan, logam, atau jenis lain. Tapi karena volume datanya jauh lebih besar, mereka bisa membangun gambaran umum tentang populasi asteroid dekat Bumi yang sebelumnya tak pernah ada.

Kelak, ketika ada asteroid mengancam Bumi, katalog semacam ini bisa memberi probabilitas: seberapa besar kemungkinan asteroid itu berbahan batu, atau besi, dan seterusnya. Ini akan sangat penting bagi sistem pertahanan planet.

Namun proyek ini bukan hanya soal mitigasi bencana. Trilling melihat manfaat lain yang lebih mendalam. Karena asteroid-asteroid ini berasal dari berbagai bagian Tata Surya, memahami komposisi mereka bisa memberi petunjuk soal sejarah pembentukan Tata Surya. “Kita bisa memetakan sejarah Tata Surya—tanpa harus meninggalkan Bumi,” katanya.

Tahun lalu, Cantelas memulai proyek percontohan dengan mengamati 10 asteroid secara acak menggunakan MuSCAT. Awalnya, mereka menduga semuanya akan menunjukkan komposisi umum—seperti batuan biasa. Namun hasilnya mengejutkan. Setengah dari sampel memiliki komposisi yang aneh dan tak terduga.

Komposisinya yang beragam dengan beberapa di antaranya menunjukkan ciri mineral yang sangat mencolok dan belum pernah kami bayangkan sebelumnya.

Penemuan ini membuka kemungkinan bahwa Tata Surya menyimpan lebih banyak “makhluk aneh” daripada yang pernah diperkirakan. Dari mana mereka berasal? Bagaimana mereka bisa sampai dekat Bumi? Jawabannya mungkin butuh waktu. Tapi proyek ini telah membuka pintu untuk berbagai misteri baru yang menunggu dipecahkan.

Tinggalkan Balasan