Penemuan planet baru di luar Tata Surya kini memasuki babak baru. Para astronom mengungkap fakta menarik: planet mirip Bumi ternyata cukup sering ditemukan mengitari bintang massa rendah, bahkan yang massanya hanya seperenam dari Matahari.

Penemuan ini merupakan hasil dari proyek CARMENES, sebuah kolaborasi internasional yang berfokus pada pencarian eksoplanet di sekitar bintang katai merah. Alat utama dalam pencarian ini adalah spektrograf canggih yang dipasang di Observatorium Calar Alto di Spanyol—perangkat yang dirancang dan dikembangkan di Observatorium Königstuhl, Heidelberg.
Tim astronom internasional yang dipimpin oleh para peneliti dari Universitas Heidelberg berhasil menganalisis data dari 15 bintang M-dwarf terpilih, bagian dari katalog yang berisi 2.200 bintang. Dengan mengamati perubahan kecepatan radial, yakni perubahan kecil dalam gerak bintang akibat tarikan gravitasi planet di sekitarnya, mereka mendeteksi empat planet baru. Salah satunya adalah planet raksasa yang massanya 14 kali Bumi dengan periode orbit sekitar 3,3 tahun. Tiga lainnya jauh lebih kecil, dengan massa mendekati Bumi dan mengorbit dalam waktu antara 1,4 hingga 5,5 hari.
Namun temuan paling menarik bukan hanya jumlah planet baru, tetapi juga pola yang muncul dari statistiknya. Bintang-bintang dengan massa kurang dari 0,16 kali massa Matahari cenderung memiliki rerata dua planet kecil (massa kurang dari tiga kali massa Bumi) di orbit dekat mereka. Ini menunjukkan bahwa pembentukan planet kecil di sekitar bintang mini sangat umum terjadi. Sementara itu, planet besar jarang ditemukan mengelilingi bintang-bintang semacam ini, yang menunjukkan preferensi alam semesta untuk “mencetak” planet-planet kecil di sekitar bintang kecil.
Meski ribuan eksoplanet telah ditemukan sejauh ini, belum ada satupun yang benar-benar menjadi “kembaran” Bumi dalam hal massa, radius, suhu permukaan, dan jenis bintang induk. Namun, planet-planet baru dari proyek ini berhasil memenuhi setidaknya tiga dari empat kriteria tersebut.
Planet-planet kecil yang berada di zona laik huni, yakni area yang memungkinkan air tetap cair—menjadi kandidat kuat bagi kehidupan. Meskipun sebagian besar planet yang ditemukan saat ini mengorbit sangat dekat dengan bintangnya dan mungkin terlalu panas, temuan ini memperkuat kemungkinan bahwa planet-planet laik huni bisa lebih umum dari yang kita duga, terutama di sekitar bintang M-dwarf.
Bintang M-dwarf sendiri adalah jenis bintang paling umum di galaksi kita. Mereka kecil, redup, tetapi sangat stabil dan bertahan lama. Kondisi ini membuat mereka menjadi tempat ideal untuk evolusi kehidupan, asalkan planet di sekitarnya memiliki kondisi yang mendukung.
Proyek ini juga menunjukkan pentingnya kerja sama global. Selain tim dari Jerman, penelitian ini juga melibatkan ilmuwan dari Bulgaria, India, Norwegia, Spanyol, dan Amerika Serikat. Dukungan pendanaan datang dari berbagai institusi ilmiah seperti Kementerian Sains Spanyol, Uni Eropa, hingga Dana Penelitian Nasional Jerman.
Dengan semakin banyaknya planet kecil yang ditemukan di sekitar bintang mini, arah pencarian planet laik huni di luar Tata Surya pun kini makin jelas. Alam semesta seakan memberi sinyal bahwa Bumi mungkin tidak benar-benar sendirian.