Di jantung Perseus, sebuah kamar bersalin kosmik memperlihatkan mekanisme baru bagaimana bintang dan planet terbentuk.

Tim astronom yang dipimpin Paulo Cortes (NSF’s NRAO dan Joint ALMA Observatory) menggunakan Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA) berhasil mengungkap aliran gas sempit berbentuk spiral yang dipandu medan magnet. Saluran ini menyalurkan materi langsung dari awan molekul di sekitarnya ke sistem bintang muda ganda, SVS13A, seakan ada jalan tol tak kasatmata menuju piringan pembentuk bintang dan planet.
Selama bertahun-tahun, buku teks menyederhanakan kelahiran bintang, awan gas runtuh, piringan terbentuk, bintang menyala. Namun detail proses pemasokan materi ke piringan, apakah liar dan turbulen, atau tertata dan diarahkan, tetap menjadi teka-teki. Data ALMA yang kaya molekul dan debu kini menggeser jarum kompas, medan magnet bukan sekadar melintas di dalam “rumah sakit” bintang, melainkan bertindak sebagai penata arus bahan baku.
Pada SVS13A, ALMA memetakan dua lengan spiral debu yang melingkari pasangan bintang. Lebih menarik lagi, sebuah streamer gas yang tipis mengikuti pola spiral yang sama, sejalan dengan garis medan magnet yang terukur dari polarisasi emisi debu. Kesesuaian bentuk ini menyiratkan aliran yang “sub-Alfvénik”, kecepatan gas relatif rendah dibanding kecepatan gelombang magnetik, yang menandakan kanal termagnetisasi, bukan runtuhan bebas yang kacau. Dengan kata lain, gas tidak sekadar jatuh seenaknya ke piringan, melainkan diarahkan rapi oleh medan magnet yang berkelok seperti spiral.
Implikasinya luas. Jika medan magnet mampu membentuk jalur suplai yang efisien, maka laju pertumbuhan bintang, ukuran serta massa piringan, dan akhirnya efisiensi pembentukan planet bisa bergantung pada seberapa kuat dan geometri medan tersebut. Kanal yang “terkendali” juga berpotensi meminimalkan pergolakan di piringan, kondisi yang lebih ramah untuk penggumpalan butir debu menjadi kerikil, kemudian planetesimal, dan cikal bakal planet.
Tim mencatat bahwa streamer tidak hanya menyambung awan ke piringan, tetapi juga mengikuti lengan spiral debu seolah-olah gas “mengunci gigi” pada struktur padat yang sudah ada. Kesesuaian ini menguatkan gagasan bahwa gravitasi dan magnetisme saling berkolaborasi, gravitasi menarik materi ke dalam, sementara magnetisme mengarahkan trayeknya. Pengamatan simultan streamer dan medan pemandunya dalam satu set data menjadikan hasil ini yang pertama dari jenisnya, sekaligus tonggak bagi studi pembentukan bintang bermassa rendah hingga menengah.
Secara teknis, ALMA menyatukan peta kontinua debu dengan garis molekul untuk melacak kinematika gas, lalu mengukur polarisasi untuk menyimpulkan arah medan magnet. Ketika vektor polarisasi “melingkar” mengikuti lengan spiral, gambarnya menjadi utuh, sebuah jalur spiral magnetik yang mengalirkan gas ke piringan bintang muda.
SVS13A sendiri sudah lama menjadi target favorit karena statusnya sebagai bintang ganda muda dengan piringan kaya struktur. Namun baru dengan ketajaman dan sensitivitas ALMA, arsitektur pemasok material, streamer spiral yang dipandu magnet, muncul jelas. Hasil yang diterima untuk publikasi di Astrophysical Journal Letters ini memberi landasan observasional bagi simulasi magneto-hidrodinamika yang selama ini memprediksi peran medan magnet dalam “mengatur lalu lintas” gas.
Bagi astronomi pembentukan planet, temuan ini setara membuka pintu samping rumah, bukan hanya apa yang terjadi di dalam piringan yang penting, tetapi juga bagaimana piringan diberi makan. Jika banyak bayi bintang memiliki “jalan raya magnetik” serupa, peta besar kelahiran sistem keplanetan harus digambar ulang, dengan magnetisme sebagai pengarah lalu lintas utama di samping gravitasi.


