Para ilmuwan berhasil menangkap detik-detik menjelang dan saat terjadinya dua suar Kelas X di permukaan Matahari dalam resolusi tinggi!

Dengan menggunakan teleskop Matahari GREGOR berdiameter 1,5 meter di Observatorium Teide, Tenerife, mereka memotret wilayah aktif paling enerjik tahun 2025, lengkap dengan struktur medan magnet yang terpilin dan tanda tanda awal tersulutnya suar.
Kedua suar ini bukan sembarang letupan. Suar Kelas X merupakan kategori paling kuat dalam skala kekuatan suar Matahari, mewakili peristiwa ledakan energi terbesar yang bisa kita amati di atmosfer Matahari. Letupan pada 10 dan 11 November 2025 ini memicu lontaran massa korona yang melesat cepat ke ruang antariksa dan dalam beberapa hari kemudian menyalakan langit Bumi dengan aurora terang di lintang tinggi.
Mengapa Momen Ini Sangat Langka
Mengamati suar kuat dengan resolusi tinggi dari permukaan Bumi sebenarnya lebih sering gagal daripada berhasil. Suar kuat bisa saja terjadi ketika wilayah aktif berada di sisi belakang Matahari yang tidak menghadap Bumi. Atau terjadi saat malam hari di lokasi teleskop, ketika cuaca sedang berawan, ketika kondisi turbulensi atmosfer buruk, atau ketika suar meletus tepat di luar bidang pandang teleskop.
Itulah sebabnya, menangkap evolusi dua suar Kelas X secara utuh adalah sebuah keberuntungan sekaligus keberhasilan perencanaan. Dalam kampanye pengamatan November 2025, tim peneliti berhasil memposisikan GREGOR sehingga wilayah aktif yang mereka bidik tetap berada dalam cakupan pengamatan saat aktivitas memuncak.
Wilayah aktif ini diberi nomor NOAA 14274. Selama masa hidupnya di piringan Matahari, gugus bintik Matahari yang rumit ini melepaskan 135 suar Kelas C, 15 suar Kelas M, dan 5 suar Kelas X. Dalam skala suar, setiap kelas berbeda faktor sepuluh dalam emisi sinar X, sehingga Kelas X menandai peristiwa yang benar benar ekstrem. Di dalam siklus aktivitas Matahari 11 tahunan yang saat ini dikenal sebagai Siklus Matahari 25, wilayah ini tercatat sebagai yang paling aktif sepanjang 2025. Suar X5.1 pada 11 November bahkan menjadi suar keenam terkuat sepanjang siklus ini.
Memetakan Wilayah Aktif Terbesar 2025
Untuk merekam wilayah aktif NOAA 14274, tim menggunakan empat kamera cepat pada instrumen High resolution Fast Imager yang telah ditingkatkan di teleskop surya GREGOR. Alih alih hanya menatap satu titik sempit, mereka menggerakkan bidang pandang teleskop ke 7 × 4 posisi di sekitar wilayah aktif, seperti menyusun mosaik. Dalam waktu 14 menit, teknik pemindaian ini menghasilkan peta raster berukuran sekitar 175.000 kilometer × 110.000 kilometer di permukaan Matahari, cukup luas untuk mencakup seluruh gugus bintik yang kompleks.
Setiap “keping” gambar kemudian diproses dengan teknik restorasi citra untuk memulihkan detail halus yang terdistorsi oleh turbulensi atmosfer. Hasilnya adalah mosaik 28 tile yang menampilkan struktur halus bintik Matahari, filamen penumbra, dan pola medan magnet dengan ketajaman sekitar 100 kilometer di permukaan Matahari, mendekati batas kemampuan resolusi GREGOR.
Sekitar 30 menit setelah pemindaian selesai, wilayah aktif tersebut melepaskan suar X1.2. Tanda-tanda awal suar, atau precursors, ternyata sudah tertangkap dalam data raster, memberikan gambaran langka tentang bagaimana energi magnetik disusun dan dilepaskan sebelum ledakan besar terjadi.
Medan Magnet yang Terpilin dan Siap Meledak
Di dalam mosaik resolusi tinggi itu, struktur penumbra bintik Matahari terlihat sangat tidak biasa. Filamen filamen penumbra yang biasanya memancar secara radial dari umbra gelap tampak melengkung kuat dan saling teranyam. Pola ini menandakan medan magnet yang sangat tertekan dan terpilin, sebuah kondisi yang ideal untuk menyimpan energi dalam jumlah besar.
Rotasi bintik Matahari dan gerakan geser di permukaan Matahari turut memperkuat tekanan magnetik ini. Kombinasi keduanya menciptakan lingkungan di mana energi yang tersimpan dalam medan magnet akhirnya dilepaskan secara eksplosif. Menariknya, analisis menunjukkan bahwa pelepasan energi mulai terjadi pada skala filamen penumbra yang ukurannya hanya sedikit lebih besar dari 100 kilometer, skala panjang yang hampir persis sama dengan kemampuan pisah detil teleskop GREGOR.
Dengan kata lain, pengamatan ini menyentuh batas skala terkecil di mana kita bisa melihat benih suar terbentuk di permukaan Matahari, sesuatu yang hampir mustahil dicapai tanpa teleskop surya khusus berdiameter besar dan teknik pengolahan citra canggih.
Gudang Data untuk Memahami Siklus Matahari 25
Selama kampanye pengamatan November 2025, hampir 40.000 set data direkam untuk keperluan restorasi citra dan analisis lanjutan. Citra citra resolusi tinggi pertama dari wilayah aktif NOAA 14274 telah dipublikasikan dalam Research Note of the AAS sebagai cuplikan awal kualitas data dan potensi sains yang bisa digali dari arsip ini.
Ke depan, data tersebut akan menjadi bahan utama untuk menjawab beragam pertanyaan penting, dari bagaimana rotasi bintik Matahari mempengaruhi konfigurasi medan magnet, bagaimana energi magnetik terakumulasi sebelum suar, hingga seperti apa hubungan antara suar besar, lontaran massa korona, dan badai geomagnetik yang memicu aurora di Bumi.
Di tengah meningkatnya aktivitas Matahari menjelang puncak Siklus Matahari 25, keberhasilan menangkap momen langka dua suar Kelas X dengan detail setajam ini menjadi tonggak penting. Bagi sains, ia membuka jendela baru untuk memahami mesin medan magnet di bintang terdekat kita. Bagi kita di Bumi, ia membantu menjelaskan mengapa beberapa malam di November lalu langit lintang tinggi mendadak menyala dengan tirai aurora yang menakjubkan, jejak langsung dari letupan energi yang dimulai di bintik bintik gelap di wajah Matahari.


