Kisah Matahari dalam Kristal Biru Meteorit

Awal mula Matahari masih jadi misteri. Tapi ada kristal biru kuno yang terperangkap dalam meteorit yang masih menyimpan bukti tersebut. 

Ilustrasi awal mula Tata Surya dan kristal biru yang ada dalam meteorit. Kredit: Field Museum, University of Chicago, NASA, ESA, dan E. Feild (STScl).
Ilustrasi awal mula Tata Surya dan kristal biru yang ada dalam meteorit. Kredit: Field Museum, University of Chicago, NASA, ESA, dan E. Feild (STScl).

Matahari mulai terbentuk 4,6 miliar tahun lalu, sekitar 50 juta tahun sebelum Bumi terbentuk. Karena Matahari lebih tua dari Bumi, sulit untuk menemukan objek yang ada di sekitar Matahari ketika baru terbentuk. Khususnya objek yang masih menyimpan catatan kimia Matahari yang baru terbentuk.

Tapi, sebuah batu kristal berukuran sangat kecil yang ditemukan pada meteorit bisa jadi jawabannya. Lebih tepatnya, benda yang dimaksud adalah hibonit, mineral yang tersimpan pada meteorit kuno yang saat inimenjadi koleksi Musem Field di Chicago, Amerika Serikat.

Komposisi kimia hibonit ini mengandung ciri-ciri reaksi kimia yang hanya bisa terjadi jika Matahari melontarkan partikel bermuatan dalam jumlah besar. Terbentuk 4,5 miliar tahun lalu, kristal biru ini masih menyimpan catatan dari kejadian awal di Tata Surya. Ukurannya sangat kecil, kurang dari 100 mikron, tapi masih mampu menyimpan gas mulia yang terbentuk dari radiasi Matahari muda miliaran tahun lalu.

Sebelum planet terbentuk, hanya ada Matahari yang dikelilingi piringan gas dan debu masif. Area ini sangat panas dengan temperatur lebih dari 1500 ºC. Sebagai perbandingan, suhu di Venus sekitar 400ºC dan dengan panas seperti itu, timah bisa meleleh. Ketika piringan gas dan debu mulai dingin, mineral awal pun terbentuk. Dan ini yang dikenal sebagai kristal hibonit, yang mengandung kalsium dan alumunium.

Saat kristal terbentuk, Matahari muda masih terus melepaskan suarnya. Melontarkan proton dan partikel subatomik lainnya ke angkasa. Sebagian partikel bermuatan ini mengenai hibonit dan memecahnya jadi neon dan helium yang terus terperangkap dalam kristal selama miliaran tahun. Kristal-kristal tersebut kemudian bergabung dengan batuan yang ada di tata Surya dan jatuh ke Bumi sebagai meteorit yang akhirnya digunakan untuk menjejak masa lalu matahari.

Sumber: Field Museum

Tinggalkan Balasan