Beberapa minggu setelah Parker Solar Probe berpapasan dekat dengan Matahari, data pertemuan itu sedang dikirimkan kepada para astronom.
Momen bersejarah yang sudah ditunggu selama 60 tahun untuk bisa memelajari Matahari dari dekat. Dan misteri yang ingin dipecahkan itu ada di korona Matahari.
Parker berhasil menyelesaikan papasannya dengan Matahari dari 31 Oktober sampai 11 November 2018. Saat berpapasan, Parker melaju melintasi korona, atmosfer terluar Matahari dan mengumpulkan data dengan instrumen yang dibawanya.
Pengaruh Matahari itu sangat jauh. Angin Matahari bukan hanya mengisi bagian dalam Tata Surya tapi juga menghasilkan gelembung yang menyelimuti planet-planet. Jangkauan angin Matahari ini bahkan melewati Neptunus.
Angin Matahari yang diisi oleh partkel bermuatan bisa menghasilkan badai geomagnetik saat berinteraksi dengan medan magnetik Bumi. Badai inilah yang menghasilkan aurora, tirai cahaya pada lintang tinggi. Tak hanya itu, badai geomagnetik juga bisa membahayakan astronaut dan menyebabkan gangguan pada satelit. Efek serupa juga dialami planet lain ketika berinteraksi dengan angin Matahari.
Partikel bermuatan yang dilepaskan dari Matahari ini bergerak sampai di area terluar Tata Surya dan berinteraksi dengan medium antarbintang yang mengisi ruang antar bintang. Interaksi ini pada area ini berperan penting untuk memahami sinar kosmis energi tinggi menghantam Tata Surya. Seluruh efek ini merupakan hasil dari sistem rumit yang dimulai dari Matahari. Karena itu sangat penting untuk memahami bintang terdekat dari Bumi tersebut.
Wahana Parker dirancang untuk menjawab tiga pertanyaan besar tentang Matahari. Yang pertama, bagaimana korona bisa mengalami pemanasan sampai 300 kali lebih tinggi dibanding permukaan Matahari? Yang kedua, bagaimana angin Matahari bisa mengalami percepatan sampai kecepatan yang sangat tinggi seperti yang diamati para astronom? Dan yang terakhir, bagaimana bisa sebagian partikel energetik dari Matahari bisa bergerak dengan kecepatan lebih dari setengah kecepatan cahaya.
Itu pertanyaan yang akan dijawab oleh Parker. Untuk itu, ada WISPR yang akan memberi perspektif baru terkait angin Matahari yang baru terbentuk dan berevolusi ketika Parker melintasi korona Matahari.
Instrumen IS☉IS yang dibawa Parker akan membantu para astronom untuk memahami penyebab angin bintang mengalami percepatan. Teori yang ada saat ini cukup beragam terkait percepatan partikel-partikel energetik tersebut. Diduga lontaran massa korona merupakan penyebab percepatan tersebut. Inilah yang akan diselidiki oleh Parker. Sementara itu, antena dari instrumen FIELDS akan bertugas untuk menangkap letupan dalam gelombang radio untuk memahami pemanasan yang dialami korona.
Instrumen Solar Probe Cup atau cangkir Faraday yang merentang melampaui pelindung panas Parker akan terpapar lingkungan Matahari secara langsung. Instrumen ini bertugas untuk mengukur fluks ion dan elektron serta sudut aliran angin Matahari. Jika digabungkan dengan data FIELDS, para astronom akan bisa mengungkap bagaimana angin bintang mengalami peningkatan suhu dan dipercepat.
Dalam pertemuan pertama dengan Matahari, Parker memberikan indikasi bahwa ia berhasil mengumpulkan data awal yang sudah mulai diunduh oleh Bumi pada tanggal 7 Desember. Akan tetapi, sebagian data baru bisa diunduh sampai setelah papasan kedua dengan Matahari pada bulan April 2019. Hal ini dikarenakan posisi relatif Parker terhadap Matahari dan Bumi bisa mengganggu transmisi.
Sebagai wahana yang misinya memelajari matahari, Parker akan bekerjasama dengan satelit pengamat Matahari lainnya seperti Solar Dynamics Observatory (SDO), Solar and Terrestrial Relations Observatory (STEREO) dan Advanced Composition Explorer (ACE). Satelit-satelit inilah yang selama ini menjadi penyedia informasi terkait aktivitas Matahari. Informasi yang diberikan tentu saja berhasil mengungkap sekelumit cerita dari bintang induk Bumi tersebut. Akan tetapi, satelit-satelit ini memiliki keterbatasan.
Data yang diperoleh Parker yang mengamati dari dekat akan digabung dengan data Matahari dari berbagai satelit yang mengamati dari jauh. Dengan demikian, kita bisa memiliki gambaran utuh tentang Matahari.
Sumber: NASA