Dominasi Materi Gelap di Galaksi

Astronom dari Universitas Texas berhasil menemukan galaksi yang bisa menguatkan teori terkait materi gelap.

Galaksi debu pembentuk bintang DSFG850.95. Kredit: Patrick Drew (UT Austin)/STScI/ALMA
Galaksi debu pembentuk bintang DSFG850.95. Kredit: Patrick Drew (UT Austin)/STScI/ALMA

Materi gelap adalah materi yang tidak memancarkan cahaya tapi bisa dideteksi lewat interaksi gravitasinya pada benda lain. Materi gelap pertama kali ditemukan tahun 1970 dalam studi galaksi spiral, yang area terluarnya berotasi sangat cepat. Rotasi yang sangat cepat ini tidak mungkin terjadi jika hanya dipengaruhi oleh gas maupun bintang yang tampak di galaksi tersebut.

Para astronom menduga ada massa yang tidak tampak yang ikut berperan sehingga terjadi rotasi yang cepat tersebut. Pengamatan galaksi selama beberapa dekade menunjukkan bahwa hampir semua galaksi memiliki materi gelap. Bahkan materi gelap ini jumlahnya 5 kali lebih banyak dari materi normal yang ada di alam semesta.

Akan tetapi, beberapa penelitian terbaru justru memberi indikasi kalau tidak semua galaksi seperti itu. Ada galaksi yang tidak mengikuti pola ini. Sejumlah galaksi yang usianya 10 miliar tahun tidak memiliki jumlah materi gelap yang berlimpah. Hal ini mengindikasikan galaksi pada saat alam semesta baru beberapa miliar tahun belum memiliki banyak materi gelap. Bisa jadi materi gelap itu diperoleh kemudian dalam rentang 10 miliar tahun. Jika demikian, maka pemahaman terkait pembentukan galaksi harus dikaji kembali.

Dalam penelitian ini, Patrick Drew dan pembimbingnya Caitlin Casey menemukan galaksi jauh yang mirip dengan galaksi masa kini yang kaya materi gelap. Berada pada jarak 9 miliar tahun cahaya, galaksi ini memberi informasi kalau galaksi jauh atau galaksi yang muncul milyaran tahun lalu memiliki cukup banyak materi gelap. Penemuan ini jelas bertentangan dengan penemuan galaksi tua yang materi gelapnya hanya sedikit.

Galaksi ini ditemukan saat Patrick sedang melakukan survei galaksi pembentuk bintang ekstrim yang dikenal sebagai “galaksi berdebu kelahiran bintang” dengan Teleskop Keck. Tujuannya untuk memahami mengapa galaksi seperti ini bisa membentuk bintang dengan cepat. Akan tetapi, penemuan galaksi jauh ini justru membawa Patrick pada arah berbeda.

Galaksi yang ditemukan itu diberi kode DSFG850.95. Pengamatan pada sudut acak justru menghasilkan data yang detil terkait kecepatan rotasi galaksi dari pusat galaksi sampai ke area terjauhnya. Dikenal sebagai kurva rotasi, dengan cara inilah para astronom bisa mengetahui jumlah materi gelap dalam sebuah galaksi.

Hasilnya, galaksi yang berada pada jarak 9 miliar tahun cahaya ini mengandung materi gelap dalam jumlah yang diprediksikan teori. Hasil ini bertentangan dengan data penelitian tahun 2017 yang menyatakan bahwa galaksi dengan epoh 10 miliar tahun tidak memiliki materi gelap seperti yang diduga teori dan berbeda dari galaksi yang kita kenal sekarang.

Galaksi 9 miliar tahun ini tak pelak jadi bukti bahwa galaksi yang ada saat ini sama dengan galaksi yang ada ketika alam semesta masih muda. Sama – sama memiliki materi gelap dalam jumlah besar.

Sumber: Universitas Texas

Tinggalkan Balasan