Rilis data teranyar Sloan Digital Sky Survey (SDSS) mencakup peta galaksi, akses data dan visualisasi terbaru dan pustaka bintang yang besar.
Rilis data tersebut mencakup pengamatan yang menyingkap struktur internal dan komposisi sekitar 5000 galaksi dekat yang diamati dalam tiga tahun pertama program Mapping Nearby Galaxies at Apache Point Observatories (MaNGA).
MaNGA menerapkan teknik bernama spektroskopi penguraian untuk mempelajari galaksi dengan lebih mendetail dibanding survei sebelumnya. Spektroskopi merupakan teknik yang sangat mujarab untuk memperoleh beragam informasi dari pengukuran energi yang dipancarkan objek pada panjang gelombang berbeda-beda. Di masa lalu, astronom biasanya hanya memperoleh satu spektrum untuk setiap galaksi, tetapi spektroskopi penguraian (yang juga disebut spektroskop medan integral) bisa menghasilkan ratusan spektrum terpisah yang mencakup tiap lokasi di galaksi.
Dengan metode spektroskopi penguraian, para astronom bisa membedah galaksi dan memperlajari komposisi internal maupun gerak gas dan bintang di dalamnya. Sebelumnya, metode ini digunakan untuk mempelajari galaksi satu per satu. Akan tetapi, metode ini belum diterapkan untuk mempelajari ribuan galaksi sekaligus. Dengan MaNGA, para astronom memperoleh keleluasaan statistik untuk menyingkap pertanyan-pertanyaan penting yang belum terjawab.
MaNGA bertujuan untuk memahami sejarah kehidupan galaksi pada masa kini, mulai dari kelahiran dan pembentukan, masa pertumbuhan yang terjadi karena pembentukan bintang baru maupun merger antar galaksi, hingga kematiannya yang ditandai dengan lambatnya pembentukan bintang di masa-masa akhir.
Dalam penelitiannya, Kevin Bundy dan mahasiswanya di UC Santa Cruz, berhasil menemukan bukti keberadaan aliran gas panas terioniasasi yang mengarah keluar pada galaksi yang telah ‘mati’ pada data MaNGA. Penemuan ini mendukung gagasan bahwa angin kuat yang berasal dari lubang hitam di tengah galaksi dapat menghentikan proses pembentukan bintang.
Bundy dan timnya juga menemukan petunjuk pembentukan galaksi lewat telaah gerak bintang-bintang dan gas maupun analisis pola komposisi kimia bintang di berbagai daerah di galaksi.
Salam salah satu program SDSS, MaNGA akan mempelajari 10000 galaksi terdekat, dan survey yang dilakukan Bundy sudah mencapai lebih dari setengah jumlah yang direncanakan dan akan selesai pada tahun 2020. Data dari 4621 galaksi kini tersedia untuk publik sebagai bagian dari SDSS Data Release 15 (rilis data ketiga SDSS-IV).
Perangkat antarmuka baru, Marvin, memberikan akses ke data MaNGA dan peta galaksi berdasarkan analisis data. Marvin memiliki berbagai perangkat untuk melakukan pencarian, memperoleh akses, dan memvisualisasikan data.
Laman web Marvin menawarkan kemudahan untuk mengakses informasi setiap galaksi, beserta peta fitur kunci seperti daerah pembentukan bintang, gerak bintang, garis emisi, dan beragam properti penting lainnya.
Kyle Westfall, peneliti dari UC Observatories, mengembangkan saluran untuk analisis data yang menghasilkan peta dan produk lainnya, yang untuk pertama kalinya tersedia untuk publik.
Informasi yang tidak kalah penting dari rilis data ini adalah katalog bintang MaNGA berisi lebih dari 3000 bintang di Galaksi Bima Sakti. Jika sudah lengkap, arsip ini akan berisi data 5000 hingga 6000 bintang. Para peneliti dapat menggunakan data spektrum pada katalog bintang MaNGA untuk mengkonstruksi spektrum sebuah galaksi. Dengan cara ini, bisa diperoleh pengetahuan bahwa galaksi terdiri atas campuran unik berbagai tipe bintang.
Survey MaNGA menggunakan dua spektrograf BOSS yang dipasang pada Sloan Foundation Telescope berdiameter 2.5-m di Apache Point Observatory di New Mexico. Spektrograf ini didesain dalam “unit medan integral’, yang masing-masing terdiri atas susunan rapat serat optik, yang memungkinkan perekaman spektrum pada beberapa titik di galaksi. Spektrum MaNGA mencakup daerah Panjang gelombang optik sampai inframerah dekat.
Sumber: UC Santa Cruz