Ultima Thule, Objek Prasejarah di Tepi Tata Surya

Ultima Thule. Objek terjauh yang pernah dikunjungi ini mulai terkuak misterinya, seiring dengan data yang dikirim New Horizons ke Bumi.

Kawah dan materi yang membentuk Ultima Thule. Kredit: NASA/Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory/Southwest Research Institute/ESA
Kawah dan materi yang membentuk Ultima Thule. Kredit: NASA/Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory/Southwest Research Institute/ESA

New Horizons berpapasan dengan Ultima Thule pada tahun baru 2019. Wahana ini menjumpai Ultima Thule yang jaraknya 6,5 miliar dari Bumi. Setelah berpapasan, New Horizons mengirimkan data papasannya ke Bumi dan masih terus berlangsung sampai tahun 2020.

Dari hasil analisis data yang sudah dikirimkan, para ilmuwan bisa mempelajari pembentukan, geologi, dan komposisi relik kuno yang berasal dari pembentukan Tata Surya.

Ultima Thule merupakan pasangan objek ganda kontak pertama yang pernah dieksplorasi manusia. Citra yang diambil New Horizons pada mulanya memperlihatkan bentuk mirip manusia salju dari dua lobus yang menempel. Tapi, dalam potret terakhir sesaat setelah New Horizons menjauh, bentuk objek sabuk kuiper yang panjangnya 35 km ini tidak bulat. Ultima Thule terdiri dari dua lobus yang saling menempel. Lobus besar yang diberi nama Ultima bentuknya pipih seperti panekuk, sedangkan lobus kecil yang dinamai Thule justru lebih bundar mirip kenari yang agak penyek.

Bentuk yang aneh ini merupakan yang pertama tampak di Tata Surya. Dan memunculkan pertanyaan terkait pembentukan planetesimal.

Kondisi Ultima Thule yang tidak banyak berubah sejak terbentuk memang memungkinkan para astronom untuk menelusuri kembali era akresi planetesimal saat Tata Surya baru terbentuk. Tampaknya dua lobus Ultima Thule ini pernah mengorbit satu sama lainnya sebelum bergerak spiral dengan kecepatan 3 meter / detik dan pada akhirnya bergabung.

Proses merger ini menyisakan bekas di permukaan. Leher yang menghubungkan Ultima dan Thule tampak seperti mengalami pembentukan ulang dan mengindikasi terjadinya pergeseran saat kedua lobus bergabung.

Fitur & Warna

Di permukaan Ultima Thule juga tampak fitur terang, tambalan, bukti, palung, sampai kawah dan lubang. Meski sekilas kawah d MU69 ini tampak seperti kawah hasil tabrakan, para astronom menduga kawah tersebut terbentuk dari proses lain. Ada dugaan kawah tersebut terbentuk dari keruntuhan materi akibat retakan bawah tanah, atau juga dari proses sublimasi es jadi gas.

Kawah atau depresi atau longsoran atau penurunan tanah terbesar tampak pada Thle, lobus yang lebih kecil. diameternya 8 km. Depresi yang diberi nama Kawah Maryland ini diduga merupakan kawah hasil tumbukan benda lain. Meskipun demikian, kawah ini juga bisa terbentuk dari sebab lain.

Dari warna dan komposisi, terungkap juga kalau Ultima Thule memiliki kemiripan dengan objek lainnya di Sabuk Kuiper. Warnanya merah seperti objek klasik dingin di Sabuk Kuiper. Tapi, warnanya lebih merah dibanding Pluto. Objek klasik dingin adalah objek di Sabuk Kuiper yang memiliki orbit lingkaran dengan kemiringan orbit sangat rendah dan tidak mengalami banyak perubahan sejak terbentuk.

Meski didominasi warna merah, terdapat perbedaan warna di seluruh permukaan dan masih belum diketahui penyebabnya. Selain warna merah, para astronom juga menemukan molekul organik, metanol, dan air es di permukaan.

Transmisi data Ultima Thule masih terus dilakukan sampai 2020 oleh New Horizons yang berada pada jarak 6,6 miliar km dan bergerak menjauhi MU69 dengan kecepatan 53000 km per jam.

Sumber: NASA

Tinggalkan Balasan