Peta Medan Magnet 3D Untuk Memecahkan Misteri Kosmik

Studi teranyar yang dipimpin ANU telah menghasilkan peta medan magnet tiga dimensi dari sepotong area kecil pada Galaksi Bima Sakti.

Pandangan 3 dimensi dari area medan magnetik yang dipelajari dan dipetakan. Kredit: Aris Tritsis, Plugin Space Nebula, Fabian Fuchs, dan Linus Fuchs
Pandangan 3 dimensi dari area medan magnetik yang dipelajari dan dipetakan. Kredit: Aris Tritsis, Plugin Space Nebula, Fabian Fuchs, dan Linus Fuchs

Penelitian ini merupakan yang pertama untuk mengukur medan magnet Bima Sakti sekaligus untuk membuka jalan penemuan di masa depan yang akan mengubah pemahaman kita tentang awal mula dan evolusi Alam Semesta. Penelitian ini juga menjadi cara baru untuk memahami evolusi Galaksi, proses pembentukan bintang dan planet, serta tahapan awal Alam Semesta.

Medan magnet dan debu kosmik berperan seperti selubung yang melingkupi radiasi pada tahap awal Alam Semesta atau radiasi latar belakang yang menghalangi para astronom untuk menerapkan model kosmologi pada evolusi Alam Semesta.

Sebagai perbandingan, 15 mikro Gauss yang biasanya terukur pada materi antarbintang, 10 juta kali lebih lemah daripada magnet kulkas. Meskipun demikian lemah, medan magnet memegang peran penting dalam proses astrofisis yang telah disebutkan.

Pemetaan kekuatan medan magnet di seluruh Galaksi diharapkan dapat digunakan untuk memahami alam semesta dan pembuatan peta medan magnet 3 dimensi pertama untuk mempelajari proses astrofisis yang berhubungan dengannya.

Hasilnya, tim peneliti menemukan kekuatan medan magnet Galaksi kita lebih besar daripada yang diperkirakan.

Penelitian ini merupakan langkah penting untuk memahami bagaimana sinar kosmik berenergi tinggi menjelajahi Galaksi kita. Sinar kosmik merupakan partikel yang sangat energetik, beberapa dengan energi yang lebih besar dibanding energi yang dihasilkan akselerator di Bumi.

Dengan memahami struktur dan kekuatan medan magnet, kami dapat boost kesempatan untuk menemukan lokasi sumber partiket energetik dan dapat mencoba proses fisika baru di lingkungan energi ekstrim.

Sumber: Australian National University

Tinggalkan Balasan