Hasil pengamatan teleskop Bumi memperlihatkan aurora di kutub Jupiter memanaskan atmosfer planet sampai kedalaman yang lebih dalam dari dugaan awal.
Angin Matahari yang menghantam Jupiter merupakan contoh yang bagus untuk cuaca antariksa. Efek yang ditimbulkan jauh lebih dalam dari yang diketahui selama ini.
Aurora yang terjadi di kutub utara dan kutub selatan Bumi terjadi saat partikel energetik yang dilontarkan Matahari dalam bentuk angin Matahari berinteraksi dan memanaskan gas pada lapisan teratas atmosfer.
Hal yang sama terjadi di Jupiter. Bedanya, pemanasan terjadi dua sampai tiga kali lebih dalam di atmosfer dibanding di Bumi, sampai ke stratosfer.
Memahami bagaimana Matahari melepaskan angin matahari untuk berinteraksi dengan planet merupakan kunci untuk memahami evolusi planet dan atmosfernya. Yang jadi hasilnya adalah kita bisa mengetahui variasi angin bintang dan interaksinya dengan stratosfer pada area yang lebih luas.
Dalam satu hari ketika angin Matahari menghantam Jupiter, elemen kimia di atmosfer berubah dan temperatur juga meningkat. Dalam citra yang diambil pada bulan Januari, Februari, dan Mei 2017 oleh Cooled Mid-Infrared Camera and Spectrograph (COMICS) yang dipasang pada teleskop Subaru, yang memperlihatkan area panas di dekat kutub di mana aurora di Jupiter terjadi.