Dinosaurus Musnah oleh Tumbukan Asteroid, Bukan Letusan Gunung Api

Aktivitas vulkanik tidak memainkan peran langsung dalam peristiwa kepunahan massal yang memusnahkan dinosaurus dan sekitar 75 persen spesies Bumi 66 juta tahun yang lalu, menurut tim yang melibatkan peneliti UCL dan Universitas Southampton.

•Fosil Nanoplankton di samping sedimen laut dalam yang dibor dari Atlantik Utara. Kredit: Profesor Paul Bown
• Fosil Nanoplankton di samping sedimen laut dalam yang dibor dari Atlantik Utara. Kredit: Profesor Paul Bown

Dua bencana skala planet terjadi dalam rentang waktu kurang dari satu juta tahun, menyebabkan para ilmuwan mempertanyakan peran masing-masing bencana dalam mendorong peristiwa kepunahan massal: Sebuah asteroid berdiameter lebih dari 10 km bertumbukan dengan Semenanjung Yucatan di Meksiko menciptakan kawah tumbukan Chicxulub selebar 200 km, dan pada sekitar waktu yang sama, kurang-lebih 500.000 km3 lava membanjiri sebagian besar India, mengalir ke laut dalam, membentuk Undakan Dekkan, salah satu fitur vulkanik terbesar di Bumi.

Dalam penelitian yang dipimpin oleh Yale dan diterbitkan di Science, analisis terhadap fosil laut dan model iklim menunjukkan bahwa pelepasan besar-besaran gas vulkanik, yang dianggap oleh beberapa pihak berkontribusi terhadap kepunahan, terjadi sekitar 200.000 tahun sebelum tumbukan asteroid, menjadikan asteroid satu-satunya pemicu peristiwa kepunahan.

“Sebagian besar ilmuwan mengakui bahwa peristiwa kepunahan massal terakhir dan paling terkenal terjadi setelah asteroid besar menabrak Bumi 66 juta tahun yang lalu, tetapi beberapa peneliti menduga aktivitas vulkanik mungkin juga memainkan peran penting. Kami menunjukkan bahwa hal tersebut tidak benar,” jelas penulis pendamping, Profesor Paul Bown (UCL Earth Sciences).

Para peneliti mencari bukti korelasi antara waktu kejadian letusan gunung berapi dan peristiwa kepunahan massal, yang dikenal sebagai K-Pg, dan tidak menemukan satu bukti pun.

Mereka melakukan penelitian tersebut dengan mempelajari dampak lingkungan dari letusan gunung berapi besar di India, yang membentuk dataran tinggi Undakan Dekkan. Mereka menelaah suhu lautan dan perubahan siklus karbon pada sekitar waktu kepunahan dengan menggunakan fosil mikroskopis kelautan, dan membandingkan rekaman tersebut dengan model dampak keikliman dari pelepasan karbon dioksida. Telaah tersebut menunjukkan waktu pelepasan gas vulkanik adalah 200.000 tahun sebelum peristiwa kepunahan massal.

Dr Pincelli Hull (Yale), penulis utama penelitian ini, mengatakan: “Gunung berapi dapat memicu kepunahan massal karena gunung-gunung berapi tersebut melepaskan banyak gas, seperti sulfur dioksida dan karbon dioksida, yang dapat mengubah iklim dan meningkatkan keasaman dunia, tetapi telaah baru-baru ini berfokus pada waktu erupsi lava ketimbang pada pelepasan gas.”

Profesor Paul Wilson (Universitas Southampton), yang memimpin ekspedisi International Ocean Discovery Program, mengatakan: “Dengan berfokus pada dampak pelepasan gas dan bukan pada penentuan umur batuan peninggalan letusan Dekkan, kami menemukan bahwa vulkanisme dimulai dan berakhir dengan jelas sebelum peristiwa kepunahan massal, sementara peristiwa tumbukan terjadi bertepatan dengan kepunahan. Ini berarti gunung berapi bukanlah pemicu peristiwa kepunahan massal.”

Para peneliti menemukan bahwa aktivitas vulkanik di Era Kapur Akhir hanya menyebabkan pemanasan global gradual sekitar dua derajat, tetapi analisis sedimen laut dalam yang dibor dari Atlantik Utara, Pasifik, dan Samudra Atlantik Selatan menunjukkan pemanasan ini tidak memiliki dampak signifikan terhadap ekosistem laut, dan kondisi yang lebih sejuk telah kembali sebelum peristiwa kepunahan.

“Banyak orang berspekulasi bahwa gunung berapi penting bagi peristiwa kepunahan massal K-Pg, dan kami menyampaikan, ‘Tidak, tak ada kaitannya’,” tambah Dr Hull.

Telaah terbaru tentang Undakan Dekkan juga menunjuk pada letusan masif tak lama setelah peristiwa kepunahan massal K-Pg. Hasil ini membingungkan para ilmuwan karena tidak ada peristiwa pemanasan yang sesuai dengan kejadian tersebut. Penelitian baru ini juga menyimpan jawaban untuk teka-teki ini.

“Kepunahan K-Pg adalah peristiwa kepunahan massal yang sungguh mengubah siklus karbon global,” ungkap penulis pendamping, postdoctoral associate Donald Penman (Yale). “Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa perubahan tersebut memungkinkan lautan menyerap sejumlah besar CO2 dalam skala waktu panjang—dan bisa jadi menyembunyikan dampak pemanasan akibat vulkanisme setelah letusan tersebut.”

Para peneliti dari UCL, Universitas Southampton, Universitas Edinburgh, dan Open University menjadi bagian dari tim ilmuwan multinasional yang mengebor dan mempelajari perbatasan baru K/Pg di Atlantik Utara melalui Ekspedisi Program Pengeboran Laut Terpadu 342 yang didanai NERC.

Tim yang lebih luas mencakup para peneliti dari lembaga-lembaga di Jerman, Prancis, Spanyol, Jepang, Denmark, dan AS. International Ocean Discovery Program, National Science Foundation, dan Universitas Yale membantu mendanai penelitian ini.

Sumber: UCL News

Tinggalkan Balasan