Para astronom menemukan pada bintang dengan kandungan logam rendah, planet lebih besar dari Bumi seperti planet Bumi-super sulit terbentuk.
Analisis data Teleskop Survei TESS (Transiting Exoplanet Survey Satellite) NASA dari 10.000 bintang dengan logam rendah memperlihatkan tidak ada planet Bumi-super pada sistem. Padahal menurut perkiraan setidaknya ada 68 planet Bumi-super yang bisa ditemukan.
Dalam astronomi, logam merupakan bagian dari elemen berat seperti besi dan logam lainnya. Secara umum, elemen berat itu merupakan elemen yang lebih berat dari hidrogen dan helium. Semakin banyak kandungan logam dalam sebuah bintang, maka bisa disimpulkan kalau bintang tersebut baru terbentuk. Bintang kaya logam terbentuk dari materi yang diperkaya oleh bintang generasi sebelumnya yang meledak, sementara bintang miskin logam biasanya terbentuk di awal alam semesta.
Hasil penelitian ini mengonfirmasi teori sebelumnya yang menyatakan bahwa pembentukan planet bergantung pada tingkat kandungan logam pada bintang. Jika kandungan logam terlalu rendah, maka planet seperti Bumi-super akan sulit terbentuk. Peneliti utama, Kiersten Boley dari Ohio State University, menjelaskan bahwa mereka mengharapkan menemukan super-Bumi pada bintang-bintang dengan tingkat logam rendah, namun yang mengejutkan, mereka tidak menemukan satupun planet Bumi-super.
“Dalam sampel ini, kami mengharapkan penurunan bertahap dalam pembentukan planet, namun kami menemukan penurunan tajam, seperti tebing,” kata Boley.
Dalam penelitian ini, mereka juga menemukan bahwa sekitar tujuh miliar tahun yang lalu merupakan titik di mana formasi super-Bumi mulai terbentuk dengan lebih konsisten, karena pada saat itu bintang-bintang mulai memiliki kandungan logam yang cukup tinggi untuk mendukung pembentukan planet. Sebelum periode itu, sebagian besar bintang memiliki kandungan logam yang terlalu rendah, sehingga tidak bisa membentuk planet seukuran Bumi-super.
Penemuan ini tidak hanya menjelaskan pembentukan planet dalam skala galaksi, tetapi juga memiliki implikasi besar dalam pencarian kehidupan di luar Bumi. Menurut Boley, pengetahuan lebih lanjut tentang kondisi yang diperlukan untuk pembentukan planet dapat membantu para ilmuwan mengarahkan pencarian ke area yang lebih berpotensi mendukung kehidupan. “Anda tidak ingin mencari di tempat-tempat yang tidak mungkin mendukung kehidupan atau bahkan tidak memiliki planet,” ujarnya.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mempelajari berbagai jenis planet Bumi-super dalam rentang waktu yang lebih panjang. Untuk itu misi masa depan seperti Teleskop Antariksa Nancy Grace Roman milik NASA dan misi PLATO dari Badan Antariksa Eropa akan menjadi instrumen penting untuk pencarian planet kebumian di zona laik huni bintang.