Para astronom berhasil menangkap gambar detail permukaan bintang selain Matahari yang memperlihatkan gerakan gas mendidih.
Foto tersebut dipotret oleh teleskop radio Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA) di Chile. ALMA memotret bintang R Doradus, yang berada 180 tahun cahaya dari Bumi.
Pengamatan ini memperlihatkan gelembung gas panas raksasa yang ukurannya 75 kali lebih besar dari Matahari. Gelembung panas ini muncul di permukaan dan tenggelam ke dalam bintang dengan kecepatan yang lebih cepat dari prediksi sebelumnya. Penemuan ini membuka pemahaman baru tentang bagaimana bintang seperti Matahari akan berevolusi di masa depan.
Data ALMA yang sangat tajam membuat para astronom bisa memiliki foto bintang R Doradus yang memperlihatkan detail konveksi di permukaan bintang dengan jelas.
Bintang menghasilkan energi melalui fusi nuklir di intinya, dan energi ini dihantarkan ke permukaan dalam bentuk gelembung gas panas. Gelembung yang berisi plasma panas ini kemudian mendingin dan tenggelam kembali ke dalam bintang, mirip dengan gerakan lampu lava. Proses ini kita kenal sebagai proses konveksi, yang membantu mendistribusikan elemen berat seperti karbon dan nitrogen di seluruh bintang. Proses ini juga berperan untuk menyebarkan elemen-elemen berat tersebut ke luar angkasa lewat angin bintang untuk membentuk bintang dan planet baru.
Meski konveksi sering diamati di Matahari, belum pernah ada pengamatan konveksi yang detail pada bintang lain sebelumnya. Dengan bantuan ALMA, tim ilmuwan dapat mengamati permukaan R Doradus selama satu bulan, mengungkap gerakan gelembung konveksi yang bergerak lebih cepat dari perkiraan.
R Doradus, dengan diameter 350 kali Matahari, merupakan bintang raksasa merah yang berada pada tahap akhir evolusinya. Karena massanya mirip dengan Matahari, R Doradus bisa memberikan gambaran seperti apa Matahari akan terlihat lima miliar tahun mendatang ketika menjadi bintang raksasa merah.
Tim peneliti menemukan bahwa granula konvektif pada R Doradus bergerak dengan siklus satu bulan, lebih cepat dari yang diperkirakan, jika mengacu pada konveksi yang terjadi di Matahari. Hal ini menunjukkan bahwa konveksi pada bintang mengalami perubahan seiring bertambahnya usia. Meskipun demikian, alasan di balik perbedaan ini belum sepenuhnya dipahami. Pengamatan lebih lanjut diharapkan dapat membantu memahami lebih baik lagi bagaimana perilaku bintang seperti Matahari saat mencapai tahap akhir evolusinya.