Kekedapan Gas di Alam Semesta Dini

Di lokasi paling kedap di alam semesta dini yang usianya baru 1 miliar tahun, hanya ada sedikit materi atau dalam hal ini adalah galaksi dan gas. 

Jaringan kosmik pada alam semesta dini. Kredit: TNG COLLABORATION.
Jaringan kosmik. Kredit: TNG COLLABORATION.

Sudah lama diketahui kalau alam semesta dipenuhi oleh jaringan materi gelap dan gas. “Jejaring kosmik” inilah yang mendominasi materi di alam semesta. Sementara itu, galaksi seperti Bima Sakti hanya memenuhi sebagian kecil alam semesta. Di masa kini, gas yang seharusnya mengisi ruang antar galaksi justru semakin transparan karena terus terionisasi oleh radiasi ultraungu.
dimana elektron terlepas dari atom.

Sekitar 12,5 miliar tahun lalu atau sehitar 1 miliar tahun setelah Dentuman Besar, gas di alam semesta sangat kedap terhadap sinar ultraungu. Tapi masih ada transparansi yang bervariasi di berbagai lokasi. Akibatnya cahaya yang dipancarkan galaksi jauh jadi kabur. Ini disadari oleh para astronom lebih dari satu dekade lalu.

Beberapa tahun lalu, tim yang dipimpin Becker menemukan ada perbedaan kekedapan yang cukup besar sehingga jumlah gas atau radiasi yang menyebabkan terjadinya keragaman kekedapan juga berbeda pada lokasi yang berbeda.

Saat ini alam semesta yang kita kenal homogen. Karena itu, kemanapun kita memandang, galaksi ataupun gas antargalaktik yang kita lihat akan sama. Ini berbeda dengan alam semesta dini. Setiap area di alam semesta memiliki gas yang jumlahnya berbeda.

Untuk mengetahui apa yang menyebabkan perbedaan tersebut, pengamatan dilakukan dengan
teleskop Subaru di puncak Mauna Kea di Hawaii. Pengamatan sampai jarak 300 juta tahun cahaya memperlihatkan kalau gas antargalaksi sangat kedap.

Untuk jejaring web, opasitas yang makin tinggi artinya semakin banyak gas dan makin banyak galaksi. Yang ditemukan justru berbeda. Area tersebut ternyata memiliki galaksi yang lebih sedikit dibanding jumlah rata-rata. Jumlah gas di skeitar gas bukan merupakan penentu transparansi gas. Ini karena sinar ultraungu yang menjadi sumber radiasi justru datang dari galaksi jauh.

Tampaknya, ketika alam semesta masih muda, sinar ultraungu tidak dapat bergerak sangat jauh sehingga satu area di alam semesta yang diisi beberapa galaksi akan tampak lebih gelap dari area di sekitarnya yang memiliki galaksi lebih banyak.

Dalam satu miliar tahun setelah Big Bang, sinar ultraungu dari galaksi-galaksi awal memenuhi alam semesta dan secara permanen mengubah gas di ruang angkasa. Hal ini pernah terjadi sebelumnya di area dengan lebih banyak galaksi.

Sumber: UCR Today

Tinggalkan Balasan