Berburu Saudara Kembar Matahari

Tim astronom internasional melakukan pencarian bintang-bintang yang jadi saudara Matahari. Bintang-bintang tersebut diduga ada ribuan karena terbentuk dalam gugus bintang yang sama dengan Matahari, sekitar 4,6 miliar tahun lampau.

Gugus terbuka Tumpler 14. Gugus bintang yang dihuni lebih dari 2000 bintang yang mirip dengan lokasi ketika Matahari terbentuk. Kredit: ESO/H. Sana
Gugus terbuka Tumpler 14. Gugus bintang yang dihuni lebih dari 2000 bintang yang mirip dengan lokasi ketika Matahari terbentuk. Kredit: ESO/H. Sana

Gugus bintang dimana Matahari berada itu sudah tidak ada. Bintang-bintangnya sudah menyebar di seluruh Bima Sakti dan sulit ditemukan. Untuk itu, Vardan Adibekyan dari Instituto de Astrofísica e Ciências do Espaço (IA2) dan Universitas Porto, melakukan analisis 230.000 spektrum bintang yang diperoleh dari program AMBRE.

Program AMBRE merupakan proyek arkeologi galaktik yang digagas ESO dan Observatoire de la Côte d’Azur untuk menentukan parameter atmosfer bintang dari spektrum dalam arsip ESO. Spektrum tersebut berasal dari pengamatan dengan spektograf FEROS, HARPS4, UVES dan GIRAFFE.

Untuk menemukan saudara Matahari, Vardan Adibekyan akan memadukan darta spektrum dalam program AMBRE dengan data astrometri yang diperoleh GAIA. Dengan cara ini diharapkan bisa diperoleh bintang-bintang yang memiliki komposisi kimia serupa Matahari. Selain komposisi kimia, perlu juga diketahui usia dan patameter kinematik bintang – bintang tersebut. Kesesuaian ini diharapkan dapat digunakan untuk menemukan bintang-bintang yang tidak hanya serupa dengan Matahari tapi juga punya sejarah yang sama.

Dari hasil analisis awal, hanya ditemukan satu saudara Matahari yakni HD186302. Bintang Deret Utama tipe G3 ini memiliki kesamaan dalam hal usia dan komposisi kimia. Ternyata tidak hanya itu. HD186302 adalah saudara kembar Matahari. Jika demikian, HD186302 bisa menjadi kandidat penting untuk mencari potensi kehidupan di sistemnya. Selain itu, bisa juga dilacak kemungkinan kehidupan juga dapat ditransfer antar planet ke sistem bintang berbeda dalam sebuah gugus. Transfer seperti ini dikenal sebagai litopanspermia antarbintang.

Jika mengacu pada perhitungan teoritis, ada kemungkinan yang tidak dapat diabaikan kalau kehidupan bisa menyebar dari Bumi ke planet di bintang lain selama periode akhir tabrakan besar oleh bebatuan angkasa. Jika bintang yang adalah saudara Matahari punya planet batuan di zona laik huni dan planet itu terkontaminasi benih kehidupan dari Bumi, maka kita mungkin akan menemukan Bumi 2.0 dan Matahari 2.0.

Sumber: Instituto de Astrofísica e Ciências do Espaço

Tinggalkan Balasan