Penjaga Cincin untuk Chariklo dan Haumea

Lupakan bulan-bulan yang digembalakan itu. Gaya gravitasi dan bentuk Chariklo maupun Haumea yang aneh tampaknya bisa membentuk cincin bahkan menjaga cincin tetap stabil di sekeliling mereka.

Cincin Chariklo. Kredit: ESO/L. Calçada/M. Kornmesser/Nick Risinger
Cincin Chariklo. Kredit: ESO/L. Calçada/M. Kornmesser/Nick Risinger

Cincin tidak hanya monopoli planet-planet raksasa di Tata Surya seperti Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus. Para astronom juga telah menemukan cincin pada Chariklo dan Haumea. Keduanya merupakan benda kecil pertama yang diketahui memiliki cincin. Dan tampaknya, cincin bukanlah hal yang langka. Benda-benda kecil lainnya juga bisa memiliki cincin.

Gravitasi dan bentuk keduanya yang tidak beraturan menjadi penyebab cincin bisa bertahan. Sampai saat ini, diasumsikan bahwa torsi gravitasi dari satelit yang mengiringi planet menjadi faktor yang menjaga cincin tetap bertahan dan tidak lepas dari planet. Ternyata, tidak demikian. Anomali topografi pada planet seperti gunung juga memainkan peran penting gravitasi untuk tetap mempertahankan cincin.

Selain gravitasi, benda kosmik berotasi cepat juga menciptakan resonansi tertentu yang menjaga cincin agar tidak melebar dan menghilang.

Chariklo adalah asteroid batuan kecil di antara Saturnus dan Uranus dengan diameter 302 km. Chariklo membutuhkan 63 tahun untuk mengitari Matahari.

Selain itu, Chariklo juga merupakan benda terbesar dalam kategori centaur, salah satu kelas asteroid.

Haumea bukan asteroid. Benda ini memiliki ukuran seperti Pluto dan tampak sebagai bola pipih dengan diameter 620 km. Haumea dikategorikan sebagai benda yang berada di luar orbit Neptunus atau objek trans-neptunian dan berada dalam sabuk Kuiper. Ditemukan tahun 2006, Haumea dikategorikan sebagai salah satu planet katai dan planet kecil ini butuh waktu 285 tahun untuk mengorbit Matahari.

Jika cincin Saturnus digembalai oleh satelit-satelit kecil supaya tetap stabil, Chariklo justru harus berterima kasih pada bentuknya yang tidak teratur, termasuk di dalamnya gunung-gunung yang tinggi. Pada akhirnya, cincin di Chariklo tetap terjaga pada jarak aman sehingga tidak hancur. Untuk kasus Haumea, bentuk bola pipih yang menjadi penahan bagi cincin untuk tetap stabil.

Sumber: Universitas Cornell

Tinggalkan Balasan