Teknik Baru Mengenali Penggabungan Galaksi

Penggabungan galaksi, proses penggabungan dua galaksi selama miliaran tahun. Kadang prosesnya cukup dramatik karena melibatkan semburan cahaya.

Kiri: Galaksi dalam simulasi komputasi; Tengah: Galaksi yang sama dalam pengamatan SDSS; Kanan: Simulasi penggabungan pasangan galaksi. Kredit: Nevin et al., 2019
Kiri: Galaksi dalam simulasi komputasi; Tengah: Galaksi yang sama dalam pengamatan SDSS; Kanan: Simulasi penggabungan pasangan galaksi. Kredit: Nevin et al., 2019

Peristiwa ini seringkali tidak mudah teramati. Karena itu, para ilmuwan mengembangkan teknik baru untuk mendeteksi perpaduan kosmis ini.

Tim ini dipimpin oleh Rebecca Nevin yang merancang program komputasi untuk memindai data survei galaksi untuk mencari tanda terjadinya merger. Termasuk di dalamnya bentuk yang dihasilkan setelah terjadi merger dan bagaimana bintang di dalam galaksi baru itu bergerak. Metode ini dapat membantu ilmuwan untuk mengidentifikasi ratusan atau ribuan galaksi yang bergabung.

Penggabungan galaksi merupakan pristiwa penting yang membentuk galaksi spiral raksasa seperti Bima Sakti serta memicu terbentuknya bintang-bintang baru. Tujuan penelitian ini untuk membangun data penggabungan galaksi.

Di mana galaksinya?

Program yang dibuat Rebecca Nevin dilandasi oleh data pengamatan Sloan Digital Sky Survey (SDSS) yang memiliki sekitar 500 juta citra angkasa sejak 1998. Sebagian besar di antaranya adalah galaksi jauh.

Tidak mudah memang untuk menemukan galaksi yang merger dalam citra SDSS tersebut. Kesalahan identifikasi bisa terjadi. Contohnya Galaksi Tikus. Dua galaksi spiral kembar yang berada pada jarak 290 juta tahun cahaya itu diduga sedang berada pada proses awal penggabungan, karena kedua galaksi terhubung oleh jembatan bintang yang tipis.

Peristiwa penggabungan lainnya justru dianggap sebagai galaksi normal bukan hasil gabungan dua galaksi.

Untuk menemukan peristiwa merger yang terlewat, Rebecca Nevin membangun simulasi untuk mencari berbagai tanda ketika galaksi akan bertabrakan dan bergabung. Para astronom ini juga membuat pengamatan tiruan untuk melihat bagaimana peristiwa merger itu bila dilihat dari teleskop.

Simulasi penggabungan galaksi ini memungkinkan para peneliti untuk mengikuti evolusi galaksi selama miliaran tahun secara langsung. Simulasi tersebut digunakan untuk melatih piranti lunak yang dikembangkan untuk mengenali sidik jari penggabungan galaksi. Contoh, galaksi spiral jadi tidak simetri saat akan bergabung.

Program ini ternyata berhasil. Tim ini berhasil mengembangkan cara mengidentifikasi galaksi yang akan bergabung. Tentunya juga bergantung pada tipe galaksi. Tidak hanya mengenali bagaimana galaksi bergabung, para astronom juga mengembangkan simulasi untuk mengetahui gerak bintang di dalam galaksi.

Sumber: Universitas Colorado

Tinggalkan Balasan