DGSAT I Galaksi UDG Unik

Sebuah galaksi redup berhasil dipelajari dengan sangat detil oleh para astronom. Kondisi galaksi yang masih belum mengalami perubahan, menjadikannya mesin waktu yang tersegel setelah fajar alam semesta dan baru dibuka oleh teknologi terbaru teleskop di Observatorium W.M. Keck.

Kiri: Galaksi DGSAT I yang tampak redup dan baur karena memiliki sedikit bintang. Kanan: Galaksi spiiral normal dengan ukuran yang sama dengan DGSAT I. Kredit: A. ROMANOWSKY/UCO/D. MARTINEZ-DELGADO/ARI
Kiri: Galaksi DGSAT I yang tampak redup dan baur karena memiliki sedikit bintang. Kanan: Galaksi spiiral normal dengan ukuran yang sama dengan DGSAT I. Kredit: A. ROMANOWSKY/UCO/D. MARTINEZ-DELGADO/ARI

Dengan menggunakan Keck Cosmic Web Imager (KWCI), para astronom berhasil menemukan galaksi ultra-baur (UDG) yang sangat aneh.

UDG merupakan tipe baru dalam kelas galaksi yang ditemukan pada tahun 2015. Ukurannya seperti Bima Sakti tapi bintangnya lebih sedikit atau sekitar 100 — 1000 kali lebih sedikit dari bintang-bintang di Bima Sakti. Akibatnya, UDG tidak mudah untuk diamati. Kamera KCWI dirancang untuk bisa mengamati objek redup seperti galaksi baur ini dengan sensitivitas tinggi.

Galaksi yang diberi nama DGSAT I ini transparan mirip galaksi hantu dan tidak cocok dengan teori pembentukan UDG yang ada saat ini. Penelitian terkait UDG sebelumnya dilakukan pada gugus galaksi dengan simpulan bahwa pada awalnya UDG merupakan galaksi normal yang kemudian mengalami kehancuran akibat interaksi intens di dalam gugus ketika galaksi masih muda.

DGSAT I merupakan galaksi yang unik karena tidak berada dalam gugus galaksi. Dengan demikian, kita bia mempelajari apa yang membuat galaksi tunggal menjadi sangat baur. Untuk itu, dibuatlag peta komposisi galaksi.

Komposisi kimia galaksi merupakan jejak untuk mengetahui masa lalu dan pembentukan galaksi. Seperti elemen kimia yang memberi informasi asupan makan seseorang dan paparan polutan yang dialami manusia. Dari jejak elemen kimia inilah para astronom bisa memetakan kembali perjalanan sebuah galaksi.

Galaksi masa kini diketahui memiliki lebih banyak elemen berat seperti besi dan magnesium dibanding galaksi kuno yang terbentuk setelah Big Bang. Hasil KCWI memberi informasi yang menarik. Kadar besi DGSAT I memang rendah seperti galaksi yang terbentuk dari awan gas yang belum mengalami polusi elemen berat dari supernova. Tapi, kadar magnesiumnya justru sama seperti galaksi modern. Aneh, karena besi dan magnesium merupakan elemen kimia yang dilontarkan oleh supernova. Jadi, tidak mungkin menemukan besi tanpa keberadaan magnesium atau sebaliknya.

Diduga, telah terjadi ledakan supernova yang ekstrim sehingga galaksi berpulsasi atau berdenyut atau mengalami perubahan ukuran ketika masih remaja. Dengan cara ini, galaksi hanya mempertahankan magnesium dan melepaskan besi.

Tinggalkan Balasan