Koridor Es di Titan

Saat menelusuri asal usul metana dan selubung organik di permukaan Titan, para astronom menemukan koridor es di Titan, bulan terbesar Saturnus tersebut.

Peta Titan dengan koridor es yang ditemukan di Titan. Koridor es ditandai dengan warna biru. Kredit: NASA/JPL-Caltech/Space Science Institute
Peta Titan dengan koridor es yang ditemukan di Titan. Koridor es ditandai dengan warna biru. Kredit: NASA/JPL-Caltech/Space Science Institute

Hujan, lautan, dan materi organik akibat erosi di permukaan bisa ditemukan di Bumi maupun di Titan. Akan tetapi, bukan air yang ditemukan di Titan melainkan metana. Cairan metana-lah yang mengisi danau di satelit Saturnus ini lewat tetesan hujan.

Di Titan, molekul metana di atmosfer selalu hancur atau pecah oleh sinar Matahari. Kabut atmosfer yang dihasilkan mengendap di permukaan dan terakumulasi sebagai sedimen organik yang dengan cepat menipiskan metana di atmosfer.

Lapisan organik ini terbuat dari bahan atmosfer di masa lalu atau yang ada sebelumnya.

Tidak ada sumber metana yang jelas kecuali dari penguapan metana dari danau di kutub. Akan tetapi, danau di Titan hanya mengandung sepertiga dari metana di atmosfer dan akan segera habis dalam skala waktu geologis.

Salah satu teori menyebutkan bahwa metana bisa dipasok oleh waduk di bawah permukaan yang melepaskan metana ke atmosfer. Dalam penelitian sebelumnya, tampaknya ada wilayah di titan yang disebut Sotra yang tampak seperti cryo-volcano atau gunung api dengan aliran lava es bukan magma panas. Tidak ada kandidat gunung api es lainnya yang berhasil ditemukan selain Sotra.

Dalam penelitian ini, para astronom menemukan fitur es tak terduga. Yang ditemukan adalah koridor es linier yang melingkupi 40% keliling Titan. Yang membingungkan, koridor es ini tidak berhubungan dengan fitur permukaan maupun pengukuran bawah tanah. Mengingat aktivitas vulkanik Titak tidak aktif, maka koridor es ini diduga berasal dari masa lalu. Koridor es ditemukan pada lereng curam meski tidak ditemukan pada semua lereng. Saat ini tampaknya es tersebut sedang mengalami erosi dan berpeluang untuk membuka lapisan es dan menyingkap keberadaan materi organik.

Tim peneliti juga menganalisis keberadaan materi organik beragam pada area tertentu. Endapan permukaan ini menarik untuk diteliti karena simulasi atmosfer Titan menghasilkan senyawa biologis seperti asam amino.

Bumi dan Titan memiliki jalur evolusi berbeda. Akan tetapi, keduanya berakhir dengan atmosfer dan permukaan yang kaya dengan senyawa organik.

Sumber: Universitas Arizona

Tinggalkan Balasan