Gelombang Panas dari Embrio Bintang Masif

Pengukuran aktivitas laser alami gelombang mikro dari laser alami bisa mempertajam penelitian pembentukan bintang masif.

Ilustrasi akresi materi pada piringan sirkumbintang. Kredit: NASA/JPL-Caltech/R. Hurt (SSC)
Ilustrasi akresi materi pada piringan sirkumbintang. Kredit: NASA/JPL-Caltech/R. Hurt (SSC)

Tim peneliti internasional bersama Max Planck Institute for Astronomy (MPIA) berpartisipasi mendeteksi perambatan gelombang panas di dekat protobintang masif. Deteksi ini sekaligus mengonfirmasi teori pembentukan bintang masif dalam semburan. Gelombang ini jadi tampak lewat pengamatan laser alami gelombang mikro yang terus berubah dengan cepat.

Meskipun prinsip dasar pembentukan bintang sudah dipahami, keberadaan bintang masif masih membuat para astronom bertanya-tanya. Terutama untuk beberapa detil pembentukannya.

Akibat tekanan gravitasi yang sangat besar di dalam protobintang masif, reaksi fusi nuklir justru mulai lebih cepat ketika bintang masih bertumbuh. Pertumbuhan selanjutnya akan makin rumit akibat tekanan radiasi bintang muda. Untuk mengatasi masalah tersebut, akresi materi pada piringan sirkumbintang terjadi lewat fase tunggal secara besar-besaran. Fluktuasi seperti ini sulit diamati karena protobintang berada dalam selubung awan tebal.

Jaringan astronom internasional dari Maser Monitoring Organisation (M2O) yang melibatkan MPIA, berhasil mendeteksi perambatan gelombang panas di sekitar protobintang masif G358-MM1. Deteksi dilakukan dengan teleskop radio. Pengamatan lain juga mengonfirmasi bahwa gelombang panas itu berasal dari peningkatan aktivitas akresi.

Gelombang panas ini berhasil diungkap lewat aktivitas maser. Maser mirip laser, tapi yang dipancarkan adalah radiasi gelombang mikro atau gelombang radio, bukan cahaya tampak.

Aktivitas ini teramati pada area pembentukan bintang sebagai sumber radiasi alami dan kompak yang sangat terang. Temperatur dan kerapatan yang tinggi serta tingginya kandungan senyawa kimia kompleks pada lingkungan tersebut mendukung terjadinya radiasi gelombang mikro. Untuk kasus ini, metanol yang tereksitasi oleh radiasi yang kuat pada protobintang menjadi penyebab maser.

Para ilmuwan yang merekam data interferometri radio dengan interval beberapa minggu, menemukan bahwa maser yang terbentuk merambat ke luar. Akan tetapi kecepatan sampai dengan 8% kecepatan cahaya terlalu tinggi untuk dibandingkan dengan pergerakan gas.

Para astronom justru menyimpulkan bahwa gelombang yang melintasi medium di sekitarnya justru yang menyebabkan terjadinya aktivitas maser. Gelombang panas ini berawal dari pertambahan gas pada protobintang.

Untuk bisa mengamati gelombang panas dalam gelombang termal inframerah tidak mudah untuk dilakukan.

Sumber: MPIA

Tinggalkan Balasan