Kehidupan Bisa Berevolusi di Planet Tanpa Lempeng tektonik

Tampaknya planet laik huni di alam semesta jumlahnya lebih banyak dari yang diduga sebelumnya, jika lempeng tektonik tidak diperlukan.

Ilustrasi planet Kepler-69c. Kredit: NASA
Ilustrasi planet Kepler-69c. Kredit: NASA

Ketika mencari planet laik di bintang lain, yang dicari adalah karbon dioksida pada atmosfer. Di Bumi, keberadaan karbon dioksida di atmosfer bisa meningkatkan panas permukaan melalui efek rumah kaca. Siklus karbon dari atmosfer berlangsung sampai ke bawah permukan dan pada akhirnya kembali lagi ke atmosfer melalui proses alami.

Gunung api melepas gas ke atmosfer. Setelah melalui proses pelapukan, karbon dioksida pada akhirnya berakhir pada batuan dan sedimentasi di permukaan. Dengan tetap menjaga keseimbangan proses kedua proses tersebut, karbon dioksida akan tetap terjaga pada level tertentu di atmosfer. Kondisi ini penting untuk menjaga cuaca tetap hangat dan cocok untuk kehidupan.

Di Bumi, sebagian besar gunung api ditemukan di perbatasan lempeng tektonik dan ini jadi alasan kenapa lempeng tektonik diyakini penting untuk kehidupan. Planet tanpa lempeng tektonik dikenal sebagai planet stagnan atau bisa dikatakn sebagai planet mati. Pada planet seperti ini, kerak planet merupakan sebuah lempeng raksasa yang bundar dan mengapung pada selubung. Lempeng pada planet seperti ini tidak dalam bentuk potongan-potongan kecil. Faktanya cuma Bumi yang punya lempeng tektonik.

Karena itu, ilmuwan membuat model komputasi dari siklus kehidupan sebuah planet. Mereka mencari tahu seberapa besar panas yang bisa tetap dipertahankan sejak awal sekaligus mencari tahu elemen yang menghasilkan panas ketika planet terbentuk. Ada elemen yang menghasilkan panas saar meluruh seperti uranium.

Dari hasil simulasi untuk berbagai ukuran planet dan komposisi kimia, para ilmuwan berkesimpulan kalau planet stagnan pun bisa mempertahan air dalam wujud cair selama miliaran tahun. Dan bisa mempertahankan kehidupan selama ~4 miliar tahun.

Masih ada gunung api di planet stagnan yang menghasilkan aliran lava yang terkubur setiap waktu sedangkan batuan dan sedimen justru semakin panas jika semakind alam terkubur. Pada panas dan tekanan yang tepat, gas karbon dioksida bisa lepas dari batuan ke permukaan dan menyebabkan planet tetap hangat.

Sumber: PennState

Tinggalkan Balasan