Penemuan Terbaru Curiosity Saat Menjelajah Mars

Sejak mendarat di Mars 7 tahun lalu, robot Curiosity sudah menempuh perjalanan sejauh 21 km dan memanjat 368 meter ke lokasinya saat ini.

Foto panorama dari Teal Ridge, Mars. Kredit: Curiosity / NASA
Foto panorama dari Teal Ridge, Mars. Kredit: Curiosity / NASA

Selama melakukan perjalanan, Curiosity menemukan bahwa kondisi Mars purba ternyata bisa mendukung kehidupan. Misi Curiosity masih jauh dari berakhir. Bahan bakar nuklirnya masih cukup untuk bertahan selama beberapa tahun. Bahkan, robot yang sedang berada di Mars ini baru saja melakukan penggalian untuk mengambil sampel permukaan Mars yang ke-22.

Saat ini Curiosity sudah setengah jalan melintasi area yang dikenal sebagai unit bantalan tanah liat di sisi Gunung Sharp, di dalam Kawah Gale. Miliaran tahun lalu, ada aliran dan danau di dalam kawah. Air mengubah endapan yang tersimpan di dalam danau, dan menyisakan mineral tanah liat yang berlimpah di area tersebut. Sinyal keberadaan mineral tanah liat ini dideteksi oleh pengorbit MRO beberapa tahun sebelum Curioaity diluncurkan. Ini jugalah yang membuat para ilmuwan mengarahkan Curiosity untuk mengunjungi lokasi tersrbut.

Penggalian batuan di wilayah ini berhasil mengungkap keberadaan mineral lempung (tanah liat) tertinggi yang berhasil ditemukan selama misi berlangsung. Sebelumnya, Curiosity juga berhasil mendeteksi mineral lempung dalam jumlah cukup tinggi di area lain Gunung Sharp, termasuk area di mana MRO tidak mendeteksi keberadaan tanah liat. Perbedaan antara hasil pengukuran robot pendarat dan wahana pengorbit menyebabkan para astronom bertanya-tanya terkait penyebabnya.

Para astronom pun mencari tahu mengapa MRO tidak mendeteksi mineral tersebut. Ketika robot Curiosity pertama kali tiba di area tersebut, ia bertemu area parkir yang penuh dengan batu kecil dan kerikil. Keberadaan kerikil inilah yang diduga jadi kunci perbedaan. Kerikil – kerikil tersebut terlalu kecil untuk bisa dilihat MRO, sehingga hanya tampak sebagai kumpulan objek dengan sinyal tunggal di seluruh area. Debu juga lebih mudah mengendap di atas batu besar dibanding kerikil. Keberadaan debu juga mengaburkan sinyal yang ditangkap dari angkasa. Sementara itu, kerikil juga terlalu kecil untuk dibor. Karena itu, para astronom sedang mencari petunjuk lain untuk memecahkan teka teki ini.

Curiosity keluar dari lokasi parkir penuh kerikil ini pada bulan Juni, dan mulai bertemu area dengan fitur geologi yang kompleks. Untuk itu, Curiosity berhenti sejenak untuk memotret panorama 360º di area Teal Ridge. Curiosity juga memotret citra yang detil dari “Strathdon”, batuan yang terbentuk dari puluhan lapisan sedimen yang mengeras jadu tumpukan rapuh bergelombang. Sangat berbeda dari lapisan tipis dan datar dari danau sedimen yang pernah dipelajari Curiosity. Lapisan bergelombang tersebut mengindikasikan lingkungan yang lebih dinamis, dan berasal dari angin, aliran air, atau bahkan keduanya.

Teal Ridge dan Strathdon merupakan representasi dari lingkungan Mars yang berubah. Lingkungan danau kuno yang jejaknya terekam dalam batuan. Dan rupanya, danau tersebut juga tidak statis. Hasil ini akan membantu para astronom untuk memahami perubahan Mars dari periode basah ke kering.

Sumber: NASA

Tinggalkan Balasan